Materi 36
قال ابن هشام رحمه الله
وَمُضْمَرَةً جَوَازًا بَعْدَ عَاطِفٍ مَسْبُوْقٍ بِاسْمٍ خَالِصٍ نَحْوُ وَلُبْسُ عَبَاءَةٍ وَتَقَرَّ عَيْنِيْ وَبَعْدَ اللَّامِ نَحْوُ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ
Ibnu Hisyam رحمه الله berkata,
"Dan أن المصدرية -yang boleh disembunyikan- setelah kata penyambung yang didahului isim kholish, contoh :
وَلُبْسُ عَبَاءَةٍ وَتَقَرَّ عَيْنِيْ
Dan setelah lam, contoh :
لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ "
■ Masih dalam pembahasan أن المصدرية, harf ini memanshubkan fi'il mudhori' baik saat nampak maupun tidak nampak. Ada 3 keadaan :
○ Boleh ditampakkan dan boleh disembunyikan
○ Wajib ditampakkan
○ Wajib disembunyikan
■ Yang pertama, أن المصدرية yang boleh ditampakkan ( ظاهرة جوازا ) dan boleh pula disembunyikan ( مضمرة جوازا) terdapat dalam 2 tempat.
● setelah salah satu kata sambung (عطف) berikut : و ف ثم أو, yang didahului isim kholish yaitu mashdar. Contoh :
وَلُبْسُ عَبَاءَةٍ وَتَقَرَّ عَيْنِيْ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ لُبْسِ الشُّفُوْفِ
عَمَلٌ وَأُحَصِّلَ رِزْقِيْ خَيْرٌ مِنْ رَاحَةٍ وَأَمُدَّ يَدِيْ لِلسُّؤَالِ
Fi'il-fi'il َّتَقَرَّ , أُحَصِّلَ, أَمُد, manshub karena أن yang tersembunyi setelah و yang didahului mashdar (isim kholish) : عَمَلٌ , رَاحَةٍ , لُبْسُ
Contoh lain :
إِنَّ دِرَاسَتِيْ النَّحْوَ فَأَسْتَفِيْدَ مِنْهُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ دِرَاسَۃِ الْبَلَاغَةِ
إِنَّ جَمْعِيْ المَالَ ثُمَّ أُمْسِكَهُ دَلِيْلُ الْحِرْمَانِ
وَمَا كَانَ لِبَشَرٍ أَنْ يُكَلِّمَهُ اللهُ إِلَّا وَحْيًا أَوْ مِنْ وَرَآءِ حِجَابٍ أَوْ يُرْسِلَ رَسُوْلًا (الشورى ٥١)
Fi'il يرسل manshub oleh أن yang tersembunyi setelah أو.
Ada pun أن dan fi'il يرسل merupakan perubahan dari mashdar yang bersambung dengan وحيا :
إلا وحيا أو إرسالا
Bagaimana dengan isim yang tidak kholish?
Isim yang tidak kholish adalah isim musytaqq seperti : isim faa'il, isim maf'ul dan sifat musyabbahah. Contoh :
الْمُتَكَلِّمُ فَيَسْتَفِيْدُ الطَّالِبُ هُوَ الْمُحَاضِرُ
Fi'il يستفيد marfu'. المتكلم isim faa'il yang memiliki kemiripan dengan fi'il : الذي يتكلم.
■ Sebagai catatan :
Isim kholish/mashdar disambung (عطف) dengan fi'il mudhori' manshub dengan أن المضمرة yang merupakan mashdar muawwal.
Isim bukan kholish/ isim faa'il, isim maf'ul dan sifat musyabbahah yang memiliki kemiripan dengan fi'il disambung (عطف) dengan fi'il mudhori' marfu'.
Dalam 2 hal tersebut terjadi keselarasan : isim disambung dengan isim dan fi'il disambung dengan fi'il.
قال ابن هشام رحمه الله
وَمُضْمَرَةً جَوَازًا بَعْدَ عَاطِفٍ مَسْبُوْقٍ بِاسْمٍ خَالِصٍ نَحْوُ وَلُبْسُ عَبَاءَةٍ وَتَقَرَّ عَيْنِيْ وَبَعْدَ اللَّامِ نَحْوُ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ
Ibnu Hisyam رحمه الله berkata,
"Dan أن المصدرية -yang boleh disembunyikan- setelah kata penyambung yang didahului isim kholish, contoh :
وَلُبْسُ عَبَاءَةٍ وَتَقَرَّ عَيْنِيْ
Dan setelah lam, contoh :
لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ "
■ Masih dalam pembahasan أن المصدرية, harf ini memanshubkan fi'il mudhori' baik saat nampak maupun tidak nampak. Ada 3 keadaan :
○ Boleh ditampakkan dan boleh disembunyikan
○ Wajib ditampakkan
○ Wajib disembunyikan
■ Yang pertama, أن المصدرية yang boleh ditampakkan ( ظاهرة جوازا ) dan boleh pula disembunyikan ( مضمرة جوازا) terdapat dalam 2 tempat.
● setelah salah satu kata sambung (عطف) berikut : و ف ثم أو, yang didahului isim kholish yaitu mashdar. Contoh :
وَلُبْسُ عَبَاءَةٍ وَتَقَرَّ عَيْنِيْ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ لُبْسِ الشُّفُوْفِ
عَمَلٌ وَأُحَصِّلَ رِزْقِيْ خَيْرٌ مِنْ رَاحَةٍ وَأَمُدَّ يَدِيْ لِلسُّؤَالِ
Fi'il-fi'il َّتَقَرَّ , أُحَصِّلَ, أَمُد, manshub karena أن yang tersembunyi setelah و yang didahului mashdar (isim kholish) : عَمَلٌ , رَاحَةٍ , لُبْسُ
Contoh lain :
إِنَّ دِرَاسَتِيْ النَّحْوَ فَأَسْتَفِيْدَ مِنْهُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ دِرَاسَۃِ الْبَلَاغَةِ
إِنَّ جَمْعِيْ المَالَ ثُمَّ أُمْسِكَهُ دَلِيْلُ الْحِرْمَانِ
وَمَا كَانَ لِبَشَرٍ أَنْ يُكَلِّمَهُ اللهُ إِلَّا وَحْيًا أَوْ مِنْ وَرَآءِ حِجَابٍ أَوْ يُرْسِلَ رَسُوْلًا (الشورى ٥١)
Fi'il يرسل manshub oleh أن yang tersembunyi setelah أو.
Ada pun أن dan fi'il يرسل merupakan perubahan dari mashdar yang bersambung dengan وحيا :
إلا وحيا أو إرسالا
Bagaimana dengan isim yang tidak kholish?
Isim yang tidak kholish adalah isim musytaqq seperti : isim faa'il, isim maf'ul dan sifat musyabbahah. Contoh :
الْمُتَكَلِّمُ فَيَسْتَفِيْدُ الطَّالِبُ هُوَ الْمُحَاضِرُ
Fi'il يستفيد marfu'. المتكلم isim faa'il yang memiliki kemiripan dengan fi'il : الذي يتكلم.
■ Sebagai catatan :
Isim kholish/mashdar disambung (عطف) dengan fi'il mudhori' manshub dengan أن المضمرة yang merupakan mashdar muawwal.
Isim bukan kholish/ isim faa'il, isim maf'ul dan sifat musyabbahah yang memiliki kemiripan dengan fi'il disambung (عطف) dengan fi'il mudhori' marfu'.
Dalam 2 hal tersebut terjadi keselarasan : isim disambung dengan isim dan fi'il disambung dengan fi'il.
Lanjutan Materi 36
قوله رحمه الله
وَبَعْدَ اللَّامِ نَحْوُ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ
" dan setelah lam, contoh :
لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ "
■ Melanjutkan pembahasan bolehnya menampakkan atau menyembunyikan أن المصدرية : ada 2 tempat, yang pertama sudah kita bahas kemarin.
■ Yang kedua adalah أن المصدرية yang jatuh setelah lam jarr (ل) dan fi'il mudhori' berada tepat setelahnya tanpa pemisah.
■ Beberapa fungsi ل dalam pembahasan ini :
○ اللَامُ لِلتَّعْلِيْلِ
Lam yang berfungsi menerangkan sebab atau alasan. Contoh :
حَضَرْتُ لِأَسْتَفِيْدَ / حَضَرْتُ لِأَنْ أسْتَفِيْدَ
Istifadah adalah sebab dan alasan kehadiran sehingga jika ditanya : mengapa kamu datang? Jawabnya : untuk mengambil faedah.
وَأَنْزَلْنَآ إِلَيْكَ الذِّك
ْرَ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ - النَّحْلُ ٤٤ -
○ لَامُ الصَّيْرُوْرَةِ
Lam yang berfungsi menerangkan akibat. Contoh :
فَالْتَقَطَهُ ءَالُ فِرْعَوْنَ لِيَكُوْنَ لَهُمْ عَدُوًّا وَحَزَنًا - القَصَصُ ٨ -
Lam di ayat ini bukanlah lam ta'lil karena keluarga firaun memungutnya (bayi Musa عليه السلام) bukan agar ia menjadi musuh dan kesedihan bagi mereka. Mereka memungutnya dengan tujuan ia menjadi qurratu ain dalam keluarga mereka. Namun, akibatnya di kemudian hari, Nabi Musa malah menjadi musuh dan kesedihan bagi firaun dan pengikutnya yang durhaka kepada Tuhannya.
○ اللَامُ الزَّائِدَةُ
Lam jenis ini jatuh setelah fi'il muta'addi (fi'il yang memanshubkan maf'ul bih/objek). Fungsinya adalah untuk penegasan. Contoh :
إِنَّمَا يُرِيْدُ اللهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيْرًا - الأحزاب ٣٣ -
Fi'il يريد muta'addi dan objeknya adalah أن yang tersembunyi setelah lam dan mudhori' setelahnya (mashdar muawwal). Lam ini adalah tambahan antara fi'il dan maf'ulnya.
قوله رحمه الله
وَبَعْدَ اللَّامِ نَحْوُ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ
" dan setelah lam, contoh :
لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ "
■ Melanjutkan pembahasan bolehnya menampakkan atau menyembunyikan أن المصدرية : ada 2 tempat, yang pertama sudah kita bahas kemarin.
■ Yang kedua adalah أن المصدرية yang jatuh setelah lam jarr (ل) dan fi'il mudhori' berada tepat setelahnya tanpa pemisah.
■ Beberapa fungsi ل dalam pembahasan ini :
○ اللَامُ لِلتَّعْلِيْلِ
Lam yang berfungsi menerangkan sebab atau alasan. Contoh :
حَضَرْتُ لِأَسْتَفِيْدَ / حَضَرْتُ لِأَنْ أسْتَفِيْدَ
Istifadah adalah sebab dan alasan kehadiran sehingga jika ditanya : mengapa kamu datang? Jawabnya : untuk mengambil faedah.
وَأَنْزَلْنَآ إِلَيْكَ الذِّك
ْرَ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ - النَّحْلُ ٤٤ -
○ لَامُ الصَّيْرُوْرَةِ
Lam yang berfungsi menerangkan akibat. Contoh :
فَالْتَقَطَهُ ءَالُ فِرْعَوْنَ لِيَكُوْنَ لَهُمْ عَدُوًّا وَحَزَنًا - القَصَصُ ٨ -
Lam di ayat ini bukanlah lam ta'lil karena keluarga firaun memungutnya (bayi Musa عليه السلام) bukan agar ia menjadi musuh dan kesedihan bagi mereka. Mereka memungutnya dengan tujuan ia menjadi qurratu ain dalam keluarga mereka. Namun, akibatnya di kemudian hari, Nabi Musa malah menjadi musuh dan kesedihan bagi firaun dan pengikutnya yang durhaka kepada Tuhannya.
○ اللَامُ الزَّائِدَةُ
Lam jenis ini jatuh setelah fi'il muta'addi (fi'il yang memanshubkan maf'ul bih/objek). Fungsinya adalah untuk penegasan. Contoh :
إِنَّمَا يُرِيْدُ اللهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيْرًا - الأحزاب ٣٣ -
Fi'il يريد muta'addi dan objeknya adalah أن yang tersembunyi setelah lam dan mudhori' setelahnya (mashdar muawwal). Lam ini adalah tambahan antara fi'il dan maf'ulnya.
Materi 37
قال ابن هشام رحمه الله
إِلَّا فِيْ نَحْوِ لِئَلَّا يَعْلَمَ , لِئَلَّا يَكُوْنَ لِلنَّاسِ فَتَظْهَرُ لَا غَيْرُ
Ibnu Hisyam رحمه الله berkata,
" Kecuali seperti dalam kalimat لِئَلَّا يَعْلَمَ dan لِئَلَّا يَكُوْنَ لِلنَّاسِ , maka أن المصدرية wajib tampak "
■ Materi sebelumnya adalah tentang أن المصدرية yang boleh ditampakkan atau pun disembunyikan. Selanjutnya adalah keadaan أن المصدرية yang wajib ditampakkan.
■ Hanya dalam satu keadaan ia wajib nampak, yaitu ketika ia berada di antara lam jarr (ل) dan لا yang berfungsi untuk menafikan (نافية)atau pun sebagai tambahan (زائدة)
Contoh :
● أَحْضُرُ مُبَكِّرًا لِئَلَّا يَفُوْتَنِيَ الدَّرْسُ
● لِئَلَّا يَكُوْنَ لِلنَّاسِ عَلَى اللهِ حُجَّةٌ النساء ١٦٥
ل : حرف تعليل وجر
أن : حرف مصدري ونصب
لا : نافية
الهمزة في لِئَلَّا همزة أن, وأما نونها فمدغمة في لا
● لِئَلَّا يَعْلَمَ أَهْلُ الْكِتَابِ أَلَّا يَقْدِرُوْنَ عَلَى شَيْءٍ مِنْ فَضْلِ اللهِ الحديد ٢٩
لا : حرف زائد إعرابا مؤكِّد معنى
(Ia bukanlah lam yang menafikan karena jika begitu, maknanya akan rusak)
قال ابن هشام رحمه الله
إِلَّا فِيْ نَحْوِ لِئَلَّا يَعْلَمَ , لِئَلَّا يَكُوْنَ لِلنَّاسِ فَتَظْهَرُ لَا غَيْرُ
Ibnu Hisyam رحمه الله berkata,
" Kecuali seperti dalam kalimat لِئَلَّا يَعْلَمَ dan لِئَلَّا يَكُوْنَ لِلنَّاسِ , maka أن المصدرية wajib tampak "
■ Materi sebelumnya adalah tentang أن المصدرية yang boleh ditampakkan atau pun disembunyikan. Selanjutnya adalah keadaan أن المصدرية yang wajib ditampakkan.
■ Hanya dalam satu keadaan ia wajib nampak, yaitu ketika ia berada di antara lam jarr (ل) dan لا yang berfungsi untuk menafikan (نافية)atau pun sebagai tambahan (زائدة)
Contoh :
● أَحْضُرُ مُبَكِّرًا لِئَلَّا يَفُوْتَنِيَ الدَّرْسُ
● لِئَلَّا يَكُوْنَ لِلنَّاسِ عَلَى اللهِ حُجَّةٌ النساء ١٦٥
ل : حرف تعليل وجر
أن : حرف مصدري ونصب
لا : نافية
الهمزة في لِئَلَّا همزة أن, وأما نونها فمدغمة في لا
● لِئَلَّا يَعْلَمَ أَهْلُ الْكِتَابِ أَلَّا يَقْدِرُوْنَ عَلَى شَيْءٍ مِنْ فَضْلِ اللهِ الحديد ٢٩
لا : حرف زائد إعرابا مؤكِّد معنى
(Ia bukanlah lam yang menafikan karena jika begitu, maknanya akan rusak)
Materi 38
قال ابن هشام رحمه الله
وَنَحْوُ وَمَا كَانَ اللهُ لِيُعَذِّبَهُمْ فَتُضْمَرُ لَا غَيْرُ
" dan seperti dalam :
وَمَا كَانَ اللهُ لِيُعَذِّبَهُمْ
wajib menyembunyikan أن المصدرية "
■ Bagian terakhir dalam pembahasan ini adalah tempat-tempat wajibnya menyembunyikan أن المصدرية
■ 1. Setelah ِلَامُ الْجُحُوْد
Aljuhud artinya adalah penafian. Lam ini didahului oleh َمَا كَان atau ْلَمْ يَكُن. Ia berfungsi untuk menegaskan penafian. Contoh :
وَمَا كَانَ اللهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنْتَ فِيْهِمْ -الأنفال ٣٣-
لَمْ يَكُنِ اللهُ لِيَغْفِرَ لَهُمْ -النِّسَاءُ ١٣٧-
قوله رحمه الله
كَإِضْمَارِهَا بَعْدَ حَتَّى إِذَا كَانَ مُسْتَقْبَلًا نَحْوُ حَتَّىٰ يَرْجِعَ إِلَيْنَا مُوْسَىٰ
" Sebagaimana أن disembunyikan setelah حتى jika fi'ilnya menunjukkan kejadian di masa depan, contoh :
حَتَّىٰ يَرْجِعَ إِلَيْنَا مُوْسَىٰ -طه ٩١- "
■ 2. Setelah حَتَّى
Dengan syarat fi'il setelahnya menunjukkan kejadian di masa mendatang. Contoh :
لَا يُمْدَحُ الْوَلَدُ حَتَّى يَنَالَ رِضَا وَالِدَيْهِ
لَنْ نَبْرَحَ عَلَيْهِ عٰكِفِيْنَ حَتَّىٰ يَرْجِعَ إِلَيْنَا مُوْسَىٰ -طه ٩١-
Ada pun jika fi'il setelah حتى menunjukkan kejadian saat bicara, maka ia tidak manshub tapi marfu'. Contoh :
يَجْرِي الْمَاءُ بَيْنَ الزُّرُوْعِ حَتَّى تَشْرَبُ
"Air mengalir di antara tanaman-tanaman itu sehingga mereka menyerapnya"
Fi'il تَشْرَبُ wajib marfu' karena الشُّرْبُ (penyerapan air oleh tanaman) terjadi bersamaan dengan waktu bicara.
(حتى)
حَتَّى
■ 1. حَرْفُ عَطْفٍ
Sebagai kata sambung sehingga kata sebelum dan sesudahnya berada dalam satu hukum.
وَصَلَ الْحُجَّاجُ مُزْدَلِفَةَ حَتَّى الْمُشَاةُ
قَرَأْتُ الدُّرُوْسَ حَتَّى الرِّيَاضِيَّةَ
■ 2. حَرْفُ جَرٍّ
Harf jarr
● اِنْتَظَرْتُكَ حَتَّى غُرُوْبِ الشَّمْسِ
"Saya menunggumu sampai matahari tenggelam". Jika itu berarti : saat matahari tenggelam, saya pergi tidak menunggu lagi, maka حتى di sini semakna dengan إلى
سَهِرْتُ اللَّيْلَةَ حَتَّى السَّحَرِ
"Saya begadang malam ini sampai waktu sahur". Maknanya : saat waktu sahur, saya masih begadang.
Inilah hukum asal makna حتى yang berbeda dengan إلى.
حَتَّى يَرْجِعَ إِلَيْنَا مُوْسَى
حتى : حرف غاية وجر
المصدر المؤول من أن المضمرة وما بعدها في محل جر بحتى والتقدير -والله أعلم- : حتى رجوع موسى
■ 3. حَرْفُ ابْتِدَاءٍ
Sebagai permulaan dan setelahnya adalah jumlah baru
مَا يُصِيبُ المُسْلِمَ مِن نَصَبٍ ولَا وَصَبٍ ولَا هَمٍّ ولَا حُزْنٍ ولَا أذًى ولَا غَمٍّ حتَّى الشَّوْكَةُ يُشَاكُهَا إلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بهَا مِن خَطَايَاهُ
الشوكةُ مبتدأ يشاكها خبر (على أحد الأوجه)
قال ابن هشام رحمه الله
وَنَحْوُ وَمَا كَانَ اللهُ لِيُعَذِّبَهُمْ فَتُضْمَرُ لَا غَيْرُ
" dan seperti dalam :
وَمَا كَانَ اللهُ لِيُعَذِّبَهُمْ
wajib menyembunyikan أن المصدرية "
■ Bagian terakhir dalam pembahasan ini adalah tempat-tempat wajibnya menyembunyikan أن المصدرية
■ 1. Setelah ِلَامُ الْجُحُوْد
Aljuhud artinya adalah penafian. Lam ini didahului oleh َمَا كَان atau ْلَمْ يَكُن. Ia berfungsi untuk menegaskan penafian. Contoh :
وَمَا كَانَ اللهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنْتَ فِيْهِمْ -الأنفال ٣٣-
لَمْ يَكُنِ اللهُ لِيَغْفِرَ لَهُمْ -النِّسَاءُ ١٣٧-
قوله رحمه الله
كَإِضْمَارِهَا بَعْدَ حَتَّى إِذَا كَانَ مُسْتَقْبَلًا نَحْوُ حَتَّىٰ يَرْجِعَ إِلَيْنَا مُوْسَىٰ
" Sebagaimana أن disembunyikan setelah حتى jika fi'ilnya menunjukkan kejadian di masa depan, contoh :
حَتَّىٰ يَرْجِعَ إِلَيْنَا مُوْسَىٰ -طه ٩١- "
■ 2. Setelah حَتَّى
Dengan syarat fi'il setelahnya menunjukkan kejadian di masa mendatang. Contoh :
لَا يُمْدَحُ الْوَلَدُ حَتَّى يَنَالَ رِضَا وَالِدَيْهِ
لَنْ نَبْرَحَ عَلَيْهِ عٰكِفِيْنَ حَتَّىٰ يَرْجِعَ إِلَيْنَا مُوْسَىٰ -طه ٩١-
Ada pun jika fi'il setelah حتى menunjukkan kejadian saat bicara, maka ia tidak manshub tapi marfu'. Contoh :
يَجْرِي الْمَاءُ بَيْنَ الزُّرُوْعِ حَتَّى تَشْرَبُ
"Air mengalir di antara tanaman-tanaman itu sehingga mereka menyerapnya"
Fi'il تَشْرَبُ wajib marfu' karena الشُّرْبُ (penyerapan air oleh tanaman) terjadi bersamaan dengan waktu bicara.
(حتى)
حَتَّى
■ 1. حَرْفُ عَطْفٍ
Sebagai kata sambung sehingga kata sebelum dan sesudahnya berada dalam satu hukum.
وَصَلَ الْحُجَّاجُ مُزْدَلِفَةَ حَتَّى الْمُشَاةُ
قَرَأْتُ الدُّرُوْسَ حَتَّى الرِّيَاضِيَّةَ
■ 2. حَرْفُ جَرٍّ
Harf jarr
● اِنْتَظَرْتُكَ حَتَّى غُرُوْبِ الشَّمْسِ
"Saya menunggumu sampai matahari tenggelam". Jika itu berarti : saat matahari tenggelam, saya pergi tidak menunggu lagi, maka حتى di sini semakna dengan إلى
سَهِرْتُ اللَّيْلَةَ حَتَّى السَّحَرِ
"Saya begadang malam ini sampai waktu sahur". Maknanya : saat waktu sahur, saya masih begadang.
Inilah hukum asal makna حتى yang berbeda dengan إلى.
حَتَّى يَرْجِعَ إِلَيْنَا مُوْسَى
حتى : حرف غاية وجر
المصدر المؤول من أن المضمرة وما بعدها في محل جر بحتى والتقدير -والله أعلم- : حتى رجوع موسى
■ 3. حَرْفُ ابْتِدَاءٍ
Sebagai permulaan dan setelahnya adalah jumlah baru
مَا يُصِيبُ المُسْلِمَ مِن نَصَبٍ ولَا وَصَبٍ ولَا هَمٍّ ولَا حُزْنٍ ولَا أذًى ولَا غَمٍّ حتَّى الشَّوْكَةُ يُشَاكُهَا إلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بهَا مِن خَطَايَاهُ
الشوكةُ مبتدأ يشاكها خبر (على أحد الأوجه)
Materi 39
قال ابن هشام رحمه الله
وَبَعْدَ أَوْ الَّتِي بِمَعْنَى إِلَى نَحْوُ لَأَسْتَسْهِلَنَّ الصَّعْبَ أَوْ أُدْرِكَ الْمُنَى
أَوِ الَّتِي بِمَعْنَى إِلَّا نَحْوُ
وَكُنْتُ إِذَا غَمَزْتُ قَنَاةَ قَوْمٍ كَسَرْتُ كُعُوْبَهَا أَوْ تَسْتَقِيْمَا
Ibnu Hisyam رحمه الله berkata,
" dan setelah أو yang semakna dengan إلى, contoh :
لَأَسْتَسْهِلَنَّ الصَّعْبَ أَوْ أُدْرِكَ الْمُنَى
dan juga أو yang bermakna إلا, contoh :
وَكُنْتُ إِذَا غَمَزْتُ قَنَاةَ قَوْمٍ كَسَرْتُ كُعُوْبَهَا أَوْ تَسْتَقِيْمَا
■ Masih dalam pembahasan أن المصدرية المضمرة وجوبا. Pada materi sebelumnya, telah kita bahas 2 tempat أن المصدرية wajib disembunyikan yaitu setelah لام الجحود dan حتى. Selanjutnya :
■ 3. Setelah أو yang bermakna إلى
Harf أو ini adalah kata sambung (عطف) yang bermakna إلى jika ungkapan sebelumnya adalah sebuah proses yang terjadi waktu demi waktu. Contoh :
تَحَبَّبْ إِلَى إِخْوَانِكَ أَوْ تَنَالَ رِضَاهُمْ
Fi'il تنال manshub karena أن yang tersembunyi (wajib) setelah أو yang bermakna إلى, karena kita bisa mengganti أو dengannya tanpa merusak makna :
تَحَبَّبْ إِلَى إِخْوَانِكَ إِلَى أَنْ تَنَالَ رِضَاهُمْ
"Tunjukkan rasa cinta dan sayang kepada saudara-saudaramu *sampai* kamu mendapatkan ridho mereka."
Menunjukkan cinta (تحبب) adalah sebuah proses waktu demi waktu dan tidak terjadi dalam sekejap.
Contoh lain :
لَأَسْتَسْهِلَنَّ الصَّعْبَ أَوْ أُدْرِكَ الْمُنَى فَمَا انْقَادَتِ الْآمَالُ إِلَّا لِصَابِرٍ
أُدْرِكَ منصوب بأَنْ مضمرةً وجوبا بعد أو وهي بمعنى إلى لأن استسهال الصعب يحصل شيئا بعد شيء
■ Harf أو bisa juga bermakna إلا jika ia tidak mungkin diganti dengan إلى. Contoh :
يُعَاقَبُ الْمُسِيْءُ أَوْ يَعْتَذِرَ
Fi'il يعتذر manshub karena أن yang tersembunyi (wajib) setelah أو yang bermakna إلا (kecuali) karena kita bisa mengganti أو dengannya :
يُعَاقَبُ الْمُسِيْءُ إِلَّا أَنْ يَعْتَذِرَ
"Pelaku kejelekan itu dihukum kecuali ia mengungkapkan udzurnya".
Dan tidak benar jika أو disini bermakna إلى karena maknanya akan rusak. Mengungkapkan udzur bukanlah tujuan dari hukuman.
Contoh lain :
وَكُنْتُ إِذَا غَمَزْتُ قَنَاةَ قَوْمٍ كَسَرْتُ كُعُوْبَهَا أَوْ تَسْتَقِيْمَا
تَسْتَقِيْمَ منصوبٌ بأَنْ مضمرةً وجوبا بعد أو وهي بمعنى إلا أي : إلا أن تستقيم فلا أكسر كعوبها
ولا يصح أن تكون بمعنى إلى لأن الاستقامة لا تكون غاية للكسر
Makna bait tersebut :
"Dan aku -saat aku getarkan tombak suatu kaum- pecahkan ujung-ujungnya kecuali jika ia menjadi lurus." Ketika ia hendak memperbaiki suatu kamu yang telah rusak, ia tidak akan mundur kecuali setelah mereka menjadi lurus dan baik. Jika tidak begitu, ia akan memecahkan mereka dan menghancurkannya.
قال ابن هشام رحمه الله
وَبَعْدَ أَوْ الَّتِي بِمَعْنَى إِلَى نَحْوُ لَأَسْتَسْهِلَنَّ الصَّعْبَ أَوْ أُدْرِكَ الْمُنَى
أَوِ الَّتِي بِمَعْنَى إِلَّا نَحْوُ
وَكُنْتُ إِذَا غَمَزْتُ قَنَاةَ قَوْمٍ كَسَرْتُ كُعُوْبَهَا أَوْ تَسْتَقِيْمَا
Ibnu Hisyam رحمه الله berkata,
" dan setelah أو yang semakna dengan إلى, contoh :
لَأَسْتَسْهِلَنَّ الصَّعْبَ أَوْ أُدْرِكَ الْمُنَى
dan juga أو yang bermakna إلا, contoh :
وَكُنْتُ إِذَا غَمَزْتُ قَنَاةَ قَوْمٍ كَسَرْتُ كُعُوْبَهَا أَوْ تَسْتَقِيْمَا
■ Masih dalam pembahasan أن المصدرية المضمرة وجوبا. Pada materi sebelumnya, telah kita bahas 2 tempat أن المصدرية wajib disembunyikan yaitu setelah لام الجحود dan حتى. Selanjutnya :
■ 3. Setelah أو yang bermakna إلى
Harf أو ini adalah kata sambung (عطف) yang bermakna إلى jika ungkapan sebelumnya adalah sebuah proses yang terjadi waktu demi waktu. Contoh :
تَحَبَّبْ إِلَى إِخْوَانِكَ أَوْ تَنَالَ رِضَاهُمْ
Fi'il تنال manshub karena أن yang tersembunyi (wajib) setelah أو yang bermakna إلى, karena kita bisa mengganti أو dengannya tanpa merusak makna :
تَحَبَّبْ إِلَى إِخْوَانِكَ إِلَى أَنْ تَنَالَ رِضَاهُمْ
"Tunjukkan rasa cinta dan sayang kepada saudara-saudaramu *sampai* kamu mendapatkan ridho mereka."
Menunjukkan cinta (تحبب) adalah sebuah proses waktu demi waktu dan tidak terjadi dalam sekejap.
Contoh lain :
لَأَسْتَسْهِلَنَّ الصَّعْبَ أَوْ أُدْرِكَ الْمُنَى فَمَا انْقَادَتِ الْآمَالُ إِلَّا لِصَابِرٍ
أُدْرِكَ منصوب بأَنْ مضمرةً وجوبا بعد أو وهي بمعنى إلى لأن استسهال الصعب يحصل شيئا بعد شيء
■ Harf أو bisa juga bermakna إلا jika ia tidak mungkin diganti dengan إلى. Contoh :
يُعَاقَبُ الْمُسِيْءُ أَوْ يَعْتَذِرَ
Fi'il يعتذر manshub karena أن yang tersembunyi (wajib) setelah أو yang bermakna إلا (kecuali) karena kita bisa mengganti أو dengannya :
يُعَاقَبُ الْمُسِيْءُ إِلَّا أَنْ يَعْتَذِرَ
"Pelaku kejelekan itu dihukum kecuali ia mengungkapkan udzurnya".
Dan tidak benar jika أو disini bermakna إلى karena maknanya akan rusak. Mengungkapkan udzur bukanlah tujuan dari hukuman.
Contoh lain :
وَكُنْتُ إِذَا غَمَزْتُ قَنَاةَ قَوْمٍ كَسَرْتُ كُعُوْبَهَا أَوْ تَسْتَقِيْمَا
تَسْتَقِيْمَ منصوبٌ بأَنْ مضمرةً وجوبا بعد أو وهي بمعنى إلا أي : إلا أن تستقيم فلا أكسر كعوبها
ولا يصح أن تكون بمعنى إلى لأن الاستقامة لا تكون غاية للكسر
Makna bait tersebut :
"Dan aku -saat aku getarkan tombak suatu kaum- pecahkan ujung-ujungnya kecuali jika ia menjadi lurus." Ketika ia hendak memperbaiki suatu kamu yang telah rusak, ia tidak akan mundur kecuali setelah mereka menjadi lurus dan baik. Jika tidak begitu, ia akan memecahkan mereka dan menghancurkannya.
Materi 40
قال ابن هشام رحمه الله
وَبَعْدَ فَاءِ السَّبَبِيَّةِ أَوْ وَاوِ الْمَعِيَّةِ مَسْبُوْقَتَيْنِ بِنَفْيٍ مَحْضٍ أَوْ طَلَبٍ بِالْفِعْلِ نَحْوُ لَا يُقْضَىٰ عَلَيْهِمْ فَيَمُوْتُوا, وَيَعْلَمَ الصّٰبِرِيْنَ, وَلَا تَطْغَوْا فِيْهِ فَيَحِلَّ, وَلَا تَأْكُلِ السَّمَكَ وَتَشْرَبَ اللَّبَنَ
Ibnu Hisyam رحمه الله berkata,
" dan setelah فَاءِ السَّبَبِيَّةِ atau وَاوِ الْمَعِيَّةِ yang didahului penafian atau tholab, contoh :
لَا يُقْضَىٰ عَلَيْهِمْ فَيَمُوْتُوا -فاطر ٣٦-
وَيَعْلَمَ الصّٰبِرِيْن -آل عمران ١٤٢-
وَلَا تَطْغَوْا فِيْهِ فَيَحِلَّ -طه ٨١-
وَلَا تَأْكُلِ السَّمَكَ وَتَشْرَبَ اللَّبَنَ "
■ Ini adalah materi terakhir tentang fi'il mudhori' manshub dengan أن. Beliau menyebutkan tempat keempat dan kelima wajibnya أن tersebut disembunyikan.
■ 4. Setelah فَاء السَّبَبِيَّةِ
Ada 2 syarat agar fi'il mudhori' bisa manshub setelahnya:
● harf فاء tersebut adalah فاء السببية yang berfungsi menerangkan bahwa ungkapan sebelum فاء adalah sebab bagi ungkapan setel
ahnya
● harf فاء tersebut didahului نَفْي مَحْض : penafian yang tidak dikecualikan / tidak ada إِلَّا setelahnya.
Atau didahului tholab yang berwujud فِعْلُ الْأَمْر atau pun فِعْلُ النَّهْي (dengan berbagai fungsinya : perintah, larangan, doa). Juga tholab yang menggunakan :
هَلَّا, أَلَّا, أَلَا, لَوْلَا, لَوْمَا, لَيْتَ, لَعَلَّ , هَلْ (اِسْتِفْهَام)
■ Contoh ف yang didahului nafi :
لَمْ يُسْأَلْ فَيُجِيْبَ
Fiil يُجِيْبَ manshub karena أن yang harus disembunyikan setelah ف ( sababiyyah); pertanyaan (يسأل) adalah sebab adanya jawaban (يجيب). Harf ف tersebut didahului nafi (لم) yang tidak ada pengecualian (إِلَّا)setelahnya.
Contoh lain :
لَا يُقْضَىٰ عَلَيْهِمْ فَيَمُوْتُوا -فاطر ٣٦-
■ Contoh ف yang didahului الطَلَبُ :
1. Perintah (ٌأَمْر)
اِحْتَرِمِ الصَّدِيْقَ فَتَدُوْمَ لَكَ صَدَاقَتُهُ
2. Larangan (نَهْيٌ)
لَا تَغِشَّ فِي الْبَيْعِ فَتَكْسُدَ تِجَارَتُكَ
وَلَا تَطْغَوْا فِيْهِ فَيَحِلَّ عَلَيْكُمْ غَضَبِيْ -طه ٨١-
3. Doa (دُعَاء)
رَبِّ وَفِّقْنِيْ فَلَا أَنْحَرِفَ
Perhatikan!
Ketiga jenis الطلب tersebut menggunakan kata kerja : احترم , لا تغش , لا تطغوا , وفق
4. Anjuran, harapan, tawaran, angan-angan, pertanyaan dengan menggunakan huruf yang menunjukkan hal tersebut
هَلَّا تَزُوْرُنَا فَتُحَدِّثَنَا
لَوْ لَآ أَخَّرْتَنِیٓ إِلَىٰٓ أَجَلٍ قَرِيْبٍ فَأَصَّدَّقَ -المنافقون ١۰ -
لَيْتَ لِيْ مَالًا فَأَتَصَدَّقَ مِنْهُ
يَٰلَيْتَنِي كُنْتُ مَعَهُمْ فَأَفُوْزَ فَوْزًا عَظِيْمًا -النساء ٧٣ -
أَلَا تَزُوْرُنَا فَتُحَدِّثَنَا
لَعَلَّكَ تَتَّقِي اللهَ فَتَفُوْزَ بِرِضَاهُ
هَلْ تَزُوْرُنَا فَتُحَدِّثَنَا ?
■ Jika ف tersebut bukan sababiyyah, fi'il mudhori' setelahnya marfu'.
وَلَا يُؤْذَنُ لَهُمْ فَيَعْتَذِرُوْنَ -المرسلات ٣٦ -
Fi'il يعتذرون marfu' karena ف tersebut adalah kata sambung (عطف). Hal ini untuk menunjukkan tidak adanya izin bagi mereka dan juga tidak ada udzur
أَلَمْ تَسْأَلْ عَلِيًّا فَيُخْبِرُكَ
Fi'il يخبرك marfu' karena ف tersebut isti'nafiyyah yang berfungsi sebagai awal jumlah baru.
(Akan kita perjelas nanti perbedaan ketiganya dan pengaruhnya masing-masing)
■ Jika nafi yang mendahului ف sababiyyah tersebut dikecualikan, fi'il mudhori' setelahnya marfu'
مَا تَأْتِيْنَا إِلَّا فَتُحَدِّثُنَا
■ Jika tholab yang mendahului ف sababiyyah menggunakan isim (bukan dengan fiil atau huruf seperti yang telah disebutkan di atas), fi'il mudhori' setelahnya marfu'
صَهْ فَنُحَدِّثُكَ
Kata ْصَه artinya "diamlah!". Ia bukanlah فِعْلُ الْأَمْر tapi isim. Meski pun termasuk طَلَبٌ namun ia adalah طَلَبٌ بِالاِسْم bukan طلب بالفعل seperti yang telah dicontohkan di atas sehingga fi'il setelahnya marfu'.
قال ابن هشام رحمه الله
وَبَعْدَ فَاءِ السَّبَبِيَّةِ أَوْ وَاوِ الْمَعِيَّةِ مَسْبُوْقَتَيْنِ بِنَفْيٍ مَحْضٍ أَوْ طَلَبٍ بِالْفِعْلِ نَحْوُ لَا يُقْضَىٰ عَلَيْهِمْ فَيَمُوْتُوا, وَيَعْلَمَ الصّٰبِرِيْنَ, وَلَا تَطْغَوْا فِيْهِ فَيَحِلَّ, وَلَا تَأْكُلِ السَّمَكَ وَتَشْرَبَ اللَّبَنَ
Ibnu Hisyam رحمه الله berkata,
" dan setelah فَاءِ السَّبَبِيَّةِ atau وَاوِ الْمَعِيَّةِ yang didahului penafian atau tholab, contoh :
لَا يُقْضَىٰ عَلَيْهِمْ فَيَمُوْتُوا -فاطر ٣٦-
وَيَعْلَمَ الصّٰبِرِيْن -آل عمران ١٤٢-
وَلَا تَطْغَوْا فِيْهِ فَيَحِلَّ -طه ٨١-
وَلَا تَأْكُلِ السَّمَكَ وَتَشْرَبَ اللَّبَنَ "
■ Ini adalah materi terakhir tentang fi'il mudhori' manshub dengan أن. Beliau menyebutkan tempat keempat dan kelima wajibnya أن tersebut disembunyikan.
■ 4. Setelah فَاء السَّبَبِيَّةِ
Ada 2 syarat agar fi'il mudhori' bisa manshub setelahnya:
● harf فاء tersebut adalah فاء السببية yang berfungsi menerangkan bahwa ungkapan sebelum فاء adalah sebab bagi ungkapan setel
ahnya
● harf فاء tersebut didahului نَفْي مَحْض : penafian yang tidak dikecualikan / tidak ada إِلَّا setelahnya.
Atau didahului tholab yang berwujud فِعْلُ الْأَمْر atau pun فِعْلُ النَّهْي (dengan berbagai fungsinya : perintah, larangan, doa). Juga tholab yang menggunakan :
هَلَّا, أَلَّا, أَلَا, لَوْلَا, لَوْمَا, لَيْتَ, لَعَلَّ , هَلْ (اِسْتِفْهَام)
■ Contoh ف yang didahului nafi :
لَمْ يُسْأَلْ فَيُجِيْبَ
Fiil يُجِيْبَ manshub karena أن yang harus disembunyikan setelah ف ( sababiyyah); pertanyaan (يسأل) adalah sebab adanya jawaban (يجيب). Harf ف tersebut didahului nafi (لم) yang tidak ada pengecualian (إِلَّا)setelahnya.
Contoh lain :
لَا يُقْضَىٰ عَلَيْهِمْ فَيَمُوْتُوا -فاطر ٣٦-
■ Contoh ف yang didahului الطَلَبُ :
1. Perintah (ٌأَمْر)
اِحْتَرِمِ الصَّدِيْقَ فَتَدُوْمَ لَكَ صَدَاقَتُهُ
2. Larangan (نَهْيٌ)
لَا تَغِشَّ فِي الْبَيْعِ فَتَكْسُدَ تِجَارَتُكَ
وَلَا تَطْغَوْا فِيْهِ فَيَحِلَّ عَلَيْكُمْ غَضَبِيْ -طه ٨١-
3. Doa (دُعَاء)
رَبِّ وَفِّقْنِيْ فَلَا أَنْحَرِفَ
Perhatikan!
Ketiga jenis الطلب tersebut menggunakan kata kerja : احترم , لا تغش , لا تطغوا , وفق
4. Anjuran, harapan, tawaran, angan-angan, pertanyaan dengan menggunakan huruf yang menunjukkan hal tersebut
هَلَّا تَزُوْرُنَا فَتُحَدِّثَنَا
لَوْ لَآ أَخَّرْتَنِیٓ إِلَىٰٓ أَجَلٍ قَرِيْبٍ فَأَصَّدَّقَ -المنافقون ١۰ -
لَيْتَ لِيْ مَالًا فَأَتَصَدَّقَ مِنْهُ
يَٰلَيْتَنِي كُنْتُ مَعَهُمْ فَأَفُوْزَ فَوْزًا عَظِيْمًا -النساء ٧٣ -
أَلَا تَزُوْرُنَا فَتُحَدِّثَنَا
لَعَلَّكَ تَتَّقِي اللهَ فَتَفُوْزَ بِرِضَاهُ
هَلْ تَزُوْرُنَا فَتُحَدِّثَنَا ?
■ Jika ف tersebut bukan sababiyyah, fi'il mudhori' setelahnya marfu'.
وَلَا يُؤْذَنُ لَهُمْ فَيَعْتَذِرُوْنَ -المرسلات ٣٦ -
Fi'il يعتذرون marfu' karena ف tersebut adalah kata sambung (عطف). Hal ini untuk menunjukkan tidak adanya izin bagi mereka dan juga tidak ada udzur
أَلَمْ تَسْأَلْ عَلِيًّا فَيُخْبِرُكَ
Fi'il يخبرك marfu' karena ف tersebut isti'nafiyyah yang berfungsi sebagai awal jumlah baru.
(Akan kita perjelas nanti perbedaan ketiganya dan pengaruhnya masing-masing)
■ Jika nafi yang mendahului ف sababiyyah tersebut dikecualikan, fi'il mudhori' setelahnya marfu'
مَا تَأْتِيْنَا إِلَّا فَتُحَدِّثُنَا
■ Jika tholab yang mendahului ف sababiyyah menggunakan isim (bukan dengan fiil atau huruf seperti yang telah disebutkan di atas), fi'il mudhori' setelahnya marfu'
صَهْ فَنُحَدِّثُكَ
Kata ْصَه artinya "diamlah!". Ia bukanlah فِعْلُ الْأَمْر tapi isim. Meski pun termasuk طَلَبٌ namun ia adalah طَلَبٌ بِالاِسْم bukan طلب بالفعل seperti yang telah dicontohkan di atas sehingga fi'il setelahnya marfu'.
Materi 40 (lanjutan)
■ 5. Setelah وَاوُ الْمَعِيَّة
Wawul ma'iyyah berfungsi menerangkan bahwa ungkapan sebelum wawu tersebut terjadi bersamaan dalam satu waktu dengan ungkapan setelahnya.
Agar fi'il mudhori' bisa manshub dengan أن yang tersembunyi setelahnya, wawul ma'iyyah harus didahului nafi dan tholab sebagaimana syarat dalam pembahasan فاء السببية
■ Contoh wawul ma'iyyah didahului nafi
لَنْ يَأْمُرَ النَّاصِحُ بِالْأَمَانَةِ وَيَخُوْنَ
Fi'il يخون manshub karena أن yang wajib tersembunyi setelah و . Yang ternafikan dalam hal ini adalah khianat terjadi bersamaan dengan nasihat untuk amanah. Jumlah ini diawai dengan nafi yang berupa لن .
وَلَمَّا یَعۡلَمِ ٱللَّهُ ٱلَّذِینَ جَـٰهَدُوا۟ مِنكُمۡ وَیَعۡلَمَ ٱلصَّـٰبِرِینَ آل عمران ١٤٢
يعلمَ : مضارع منصوب بأن مضمرة وجوبا بعد واو المعية وقد سبقت بالنفي (ولما يعلم)
■ Contoh Wawul ma'iyyah didahului tholab :
● فعل الأمر (perintah)
أَيُّهَا الصَّدِيْقُ اغْفِرْ هَفْوَتِيْ وَأَغْفِرَ هَفْوَتَكَ لِتَدُوْمَ صَدَاقَتُنَا
● النهي (larangan)
لَا تَأْمُرْ بِالصِّدْقِ وَتَكْذِبَ
● الاستفهام (pertanyaan)
هَلْ حَفِظْتَ الْأَحَادِيْثَ وَأَسْمَعَهَا مِنْكَ ?
● العرض (tawaran)
أَلَا تَزُوْرُنَا وَنُكْرِمَكَ
● التحضيض (anjuran)
هَلَّا أَدَّيْتَ وَاجِبَكَ وَيَشْكُرَكَ أَبُوْكَ
● التمني (angan-angan)
لَيْتَ لِيْ مَالًا وَأَحُجَّ مِنْهُ
● الترجي (harapan)
لَعَلَّ اللهَ يَشْفِيْنِيْ وَأَزُوْرَكَ
■ Perkataan Beliau ibnu Hisyam رحمه الله,
وَلَا تَأْكُلِ السَّمَكَ وَتشرب اللَّبَنَ
dalam jumlah ini, memungkinkan kita untuk membaca kata تشرب dengan 3 cara :
1. تَشْرَبَ (منصوب)
Dalam hal ini, و adalah wawul ma'iyyah yang didahului larangan. Makna jumlah tersebut : jangan maka ikan bersamaan dengan minum susu!
2. تَشْرَبْ (مجزوم)
Dalam hal ini, و adalah عطف (kata sambung). Makna jumlah tersebut : jangan makan ikan dan jangan minum susu!
3. تَشْرَبُ (مرفوع)
Dalam hal ini, و adalah واو الحال atau الاستئنافية (sehingga تشرب adalah jumlah baru). Makna jumlah tersebut : jangan makan ikan dalam kondisi kamu minum susu! Atau : jangan makan ikan dan kamu boleh minum susu.
■ Jika tidak didahului tholab maka fi'il mudhori' tidak boleh majzum bahkan wajib marfu'.
أَنْتَ تَأْتِيْنَا تُحَدِّثُنَا
Fi'il تحدثنا marfu' karena jumlah sebelumnya hanyalah kalimat berita positif (خَبَرٌ مُثْبَتٌ)
مَا تَأْتِيْنَا تُحَدِّثُنَا
Fi'il تحدثنا marfu' karena jumlah sebelumnya hanyalah kalimat berita negatif (خَبَرٌ مَنْفِيٌّ)
■ Jika fi'il mudhori' bukan konsekuensi dari tholab sebelumnya, maka ia wajib marfu'.
اِئْتِنِيْ بِرَجُلٍ يُحِبُّ اللهَ وَرَسُوْلَهُ
Fi'il ائْتِ merupakan tholab berupa perintah. Namun, يُحِبُّ tidak boleh majzum karena ia tidak ditujukan sebagai balasan, imbalan atau akibat dan konsekuensi dari tholab tadi. Ia ditujukan sebagai bentuk shifat (نَعْتٌ) bagi رَجُلٍ
■ Jika antara tholab dam fi'il mudhori' terdapat فاء , maka pembahasannya telah disebutkan dalam materi sebelumnya (materi 40)
■ 5. Setelah وَاوُ الْمَعِيَّة
Wawul ma'iyyah berfungsi menerangkan bahwa ungkapan sebelum wawu tersebut terjadi bersamaan dalam satu waktu dengan ungkapan setelahnya.
Agar fi'il mudhori' bisa manshub dengan أن yang tersembunyi setelahnya, wawul ma'iyyah harus didahului nafi dan tholab sebagaimana syarat dalam pembahasan فاء السببية
■ Contoh wawul ma'iyyah didahului nafi
لَنْ يَأْمُرَ النَّاصِحُ بِالْأَمَانَةِ وَيَخُوْنَ
Fi'il يخون manshub karena أن yang wajib tersembunyi setelah و . Yang ternafikan dalam hal ini adalah khianat terjadi bersamaan dengan nasihat untuk amanah. Jumlah ini diawai dengan nafi yang berupa لن .
وَلَمَّا یَعۡلَمِ ٱللَّهُ ٱلَّذِینَ جَـٰهَدُوا۟ مِنكُمۡ وَیَعۡلَمَ ٱلصَّـٰبِرِینَ آل عمران ١٤٢
يعلمَ : مضارع منصوب بأن مضمرة وجوبا بعد واو المعية وقد سبقت بالنفي (ولما يعلم)
■ Contoh Wawul ma'iyyah didahului tholab :
● فعل الأمر (perintah)
أَيُّهَا الصَّدِيْقُ اغْفِرْ هَفْوَتِيْ وَأَغْفِرَ هَفْوَتَكَ لِتَدُوْمَ صَدَاقَتُنَا
● النهي (larangan)
لَا تَأْمُرْ بِالصِّدْقِ وَتَكْذِبَ
● الاستفهام (pertanyaan)
هَلْ حَفِظْتَ الْأَحَادِيْثَ وَأَسْمَعَهَا مِنْكَ ?
● العرض (tawaran)
أَلَا تَزُوْرُنَا وَنُكْرِمَكَ
● التحضيض (anjuran)
هَلَّا أَدَّيْتَ وَاجِبَكَ وَيَشْكُرَكَ أَبُوْكَ
● التمني (angan-angan)
لَيْتَ لِيْ مَالًا وَأَحُجَّ مِنْهُ
● الترجي (harapan)
لَعَلَّ اللهَ يَشْفِيْنِيْ وَأَزُوْرَكَ
■ Perkataan Beliau ibnu Hisyam رحمه الله,
وَلَا تَأْكُلِ السَّمَكَ وَتشرب اللَّبَنَ
dalam jumlah ini, memungkinkan kita untuk membaca kata تشرب dengan 3 cara :
1. تَشْرَبَ (منصوب)
Dalam hal ini, و adalah wawul ma'iyyah yang didahului larangan. Makna jumlah tersebut : jangan maka ikan bersamaan dengan minum susu!
2. تَشْرَبْ (مجزوم)
Dalam hal ini, و adalah عطف (kata sambung). Makna jumlah tersebut : jangan makan ikan dan jangan minum susu!
3. تَشْرَبُ (مرفوع)
Dalam hal ini, و adalah واو الحال atau الاستئنافية (sehingga تشرب adalah jumlah baru). Makna jumlah tersebut : jangan makan ikan dalam kondisi kamu minum susu! Atau : jangan makan ikan dan kamu boleh minum susu.
■ Jika tidak didahului tholab maka fi'il mudhori' tidak boleh majzum bahkan wajib marfu'.
أَنْتَ تَأْتِيْنَا تُحَدِّثُنَا
Fi'il تحدثنا marfu' karena jumlah sebelumnya hanyalah kalimat berita positif (خَبَرٌ مُثْبَتٌ)
مَا تَأْتِيْنَا تُحَدِّثُنَا
Fi'il تحدثنا marfu' karena jumlah sebelumnya hanyalah kalimat berita negatif (خَبَرٌ مَنْفِيٌّ)
■ Jika fi'il mudhori' bukan konsekuensi dari tholab sebelumnya, maka ia wajib marfu'.
اِئْتِنِيْ بِرَجُلٍ يُحِبُّ اللهَ وَرَسُوْلَهُ
Fi'il ائْتِ merupakan tholab berupa perintah. Namun, يُحِبُّ tidak boleh majzum karena ia tidak ditujukan sebagai balasan, imbalan atau akibat dan konsekuensi dari tholab tadi. Ia ditujukan sebagai bentuk shifat (نَعْتٌ) bagi رَجُلٍ
■ Jika antara tholab dam fi'il mudhori' terdapat فاء , maka pembahasannya telah disebutkan dalam materi sebelumnya (materi 40)
Materi 41
جزم الفعل المضارع
قال ابن هشام رحمه الله
فَإِنْ سَقَطَتِ الْفَاءُ بَعْدَ الطَّلَبِ وَقُصِدَ الْجَزَاءُ جُزِمَ نَحْوُ قَوْلِهِ تَعَالَى قُلْ تَعَالَوْا أَتْلُ وَشَرْطُ الْجَزْمِ بَعْدَ النَّهْيِ صِحَّةُ حُلُوْلِ إِنْ لَا مَحَلَّهُ نَحْوُ لَا تَدْنُ مِنَ الْأَسَدِ تَسْلَمْ بِخِلَافِ يَأْكُلُكَ
Ibnu Hisyam رحمه الله berkata,
" Jika tidak ada فاء setelah tholab dan kata kerja tersebut merupakan suatu jaza' (balasan/imbalan) maka ia majzum seperti dalam ayat :
قُلْ تَعَالَوْا أَتْلُ -الأنعام ١٥١-
Dan syarat jazm setelah larangan adalah ia bisa digantikan oleh إِنْ لَا , contoh :
لَا تَدْنُ مِنَ الْأَسَدِ تَسْلَمْ
beda dengan يَأْكُلُكَ ."
■ Pembahasan tentang fi'il mudhori' manshub telah selesai. Selanjutnya adalah pembahasan fi'il mudhori' majzum
■ al Jaazim (الجازم) -faktor penyebab jazm- ada 2 macam :
● jaazim untuk satu fi'il
● jaazim untuk dua fi'il
■ Jaazim untuk satu fi'il sendiri ada 5 jenis. Pada materi ini, beliau Ibnu Hisyam رحمه الله menjelaskan jenis yang pertama.
■ 1. Tholab (الطلب)
Ada 4 syarat agar fi'il mudhori' bisa majzum setelah tholab :
● lafadz tholab itu sendiri (yang berupa : perintah, larangan, pertanyaan dan selainnya seperti disebutkan dalam materi 40)
● fi'il mudhori' yang jatuh setelah tholab tersebut tidak didahului فاء ( atau : tidak ada فاء antara tholab dan fi'il mudhori )
● fi'il mudhori' tersebut ditujukan sebagai balasan, imbalan atau akibat dan konsekuensi dari tholab tadi
● jika tholab tadi berupa larangan (النهي) maka لَا النَّاهِيَة harus bisa digantikan oleh ْإِن الشَّرْطِيَّة dan لَا النَّافِيَة tanpa mengubah makna.
Jika tholab tersebut selain larangan -seperti perintah misalnya- maka tholab tersebut harus bisa diganti dengan إِنْ الشَّرْطِيَّة dan fi'il yang semakna.
■ Contoh :
● عَامِلِ النَّاسَ بِالْحُسْنَى يَأْلَفُوْكَ
Fi'il ْعَامِل adalah tholab berupa perintah (فعل الأمر)
Fi'il يألفوك majzum, tanda jazmnya adalah dihapusnya ن karena ia termasuk amsilah khomsah ( asalnya : يَأْلَفُوْنَ )
Jaazimnya (sebab jazmnya) adalah posisinya sebagai konsekuensi dari tholab sebelumnya (bergaullah dengan baik, orang-orang pasti mencintaimu).
● قُلْ تَعَالَوْا أَتْلُ -الأنعام ١٥١-
Fi'il أتل majzum dan tanda jazmnya adalah dihapusnya harf 'illah و (aslinya أَتْلُو). Sebab jazmnya adalah ia merupakan konsekuensi dari تَعَالَوْا. Maknanya : Kemarilah! (Jika kalian datang kemari) aku bacakan..
● لَا تَعْجَلْ فِيْ أُمُوْرِكَ تَسْلَمْ
"Jangan tergesa-gesa dalam urusanmu, kamu pasti selamat"
Fi'il تسلم majzum karena ia merupakan konsekuensi dari tholab yang berupa larangan لا تعجل.
Kita bisa menggati لا yang merupakan لا الناهية dengan إن لا tanpa perubahan makna :
إِلَّا تَعْجَلْ فِيْ أُمُوْرِكَ تَسْلَمْ
"Jika kamu tidak tergesa-gesa dalam urusamu, kamu pasti selamat"
Contoh-contoh tadi telah memenuhi 4 syarat yang telah disebutkan.
جزم الفعل المضارع
قال ابن هشام رحمه الله
فَإِنْ سَقَطَتِ الْفَاءُ بَعْدَ الطَّلَبِ وَقُصِدَ الْجَزَاءُ جُزِمَ نَحْوُ قَوْلِهِ تَعَالَى قُلْ تَعَالَوْا أَتْلُ وَشَرْطُ الْجَزْمِ بَعْدَ النَّهْيِ صِحَّةُ حُلُوْلِ إِنْ لَا مَحَلَّهُ نَحْوُ لَا تَدْنُ مِنَ الْأَسَدِ تَسْلَمْ بِخِلَافِ يَأْكُلُكَ
Ibnu Hisyam رحمه الله berkata,
" Jika tidak ada فاء setelah tholab dan kata kerja tersebut merupakan suatu jaza' (balasan/imbalan) maka ia majzum seperti dalam ayat :
قُلْ تَعَالَوْا أَتْلُ -الأنعام ١٥١-
Dan syarat jazm setelah larangan adalah ia bisa digantikan oleh إِنْ لَا , contoh :
لَا تَدْنُ مِنَ الْأَسَدِ تَسْلَمْ
beda dengan يَأْكُلُكَ ."
■ Pembahasan tentang fi'il mudhori' manshub telah selesai. Selanjutnya adalah pembahasan fi'il mudhori' majzum
■ al Jaazim (الجازم) -faktor penyebab jazm- ada 2 macam :
● jaazim untuk satu fi'il
● jaazim untuk dua fi'il
■ Jaazim untuk satu fi'il sendiri ada 5 jenis. Pada materi ini, beliau Ibnu Hisyam رحمه الله menjelaskan jenis yang pertama.
■ 1. Tholab (الطلب)
Ada 4 syarat agar fi'il mudhori' bisa majzum setelah tholab :
● lafadz tholab itu sendiri (yang berupa : perintah, larangan, pertanyaan dan selainnya seperti disebutkan dalam materi 40)
● fi'il mudhori' yang jatuh setelah tholab tersebut tidak didahului فاء ( atau : tidak ada فاء antara tholab dan fi'il mudhori )
● fi'il mudhori' tersebut ditujukan sebagai balasan, imbalan atau akibat dan konsekuensi dari tholab tadi
● jika tholab tadi berupa larangan (النهي) maka لَا النَّاهِيَة harus bisa digantikan oleh ْإِن الشَّرْطِيَّة dan لَا النَّافِيَة tanpa mengubah makna.
Jika tholab tersebut selain larangan -seperti perintah misalnya- maka tholab tersebut harus bisa diganti dengan إِنْ الشَّرْطِيَّة dan fi'il yang semakna.
■ Contoh :
● عَامِلِ النَّاسَ بِالْحُسْنَى يَأْلَفُوْكَ
Fi'il ْعَامِل adalah tholab berupa perintah (فعل الأمر)
Fi'il يألفوك majzum, tanda jazmnya adalah dihapusnya ن karena ia termasuk amsilah khomsah ( asalnya : يَأْلَفُوْنَ )
Jaazimnya (sebab jazmnya) adalah posisinya sebagai konsekuensi dari tholab sebelumnya (bergaullah dengan baik, orang-orang pasti mencintaimu).
● قُلْ تَعَالَوْا أَتْلُ -الأنعام ١٥١-
Fi'il أتل majzum dan tanda jazmnya adalah dihapusnya harf 'illah و (aslinya أَتْلُو). Sebab jazmnya adalah ia merupakan konsekuensi dari تَعَالَوْا. Maknanya : Kemarilah! (Jika kalian datang kemari) aku bacakan..
● لَا تَعْجَلْ فِيْ أُمُوْرِكَ تَسْلَمْ
"Jangan tergesa-gesa dalam urusanmu, kamu pasti selamat"
Fi'il تسلم majzum karena ia merupakan konsekuensi dari tholab yang berupa larangan لا تعجل.
Kita bisa menggati لا yang merupakan لا الناهية dengan إن لا tanpa perubahan makna :
إِلَّا تَعْجَلْ فِيْ أُمُوْرِكَ تَسْلَمْ
"Jika kamu tidak tergesa-gesa dalam urusamu, kamu pasti selamat"
Contoh-contoh tadi telah memenuhi 4 syarat yang telah disebutkan.
■ Perbedaan antara :
لَا تَدْنُ مِنَ الْأَسَدِ تَسْلَمْ
Jangan dekati singa, kamu pasti selamat
dan
لَا تَدْنُ مِنَ الْأَسَدِ يَأْكُلُكَ
Jangan dekati singa, ia akan memakanmu
● fi'il تسلم majzum karena kita bisa mengganti لا الناهية dengan إن لا dan maknanya tetap sama
إِلَّا تَدْنُ مِنَ الْأَسَدِ تَسْلَمْ
Jika kamu tidak mendekati singa, kamu pasti selamat
(Ada hubungan
sebab akibat antara tidak mendekati singa dan keselamatan)
● ada pun fi'il يأكلك tidak boleh majzum karena maknanya akan berubah jika kita ganti لا dengan إن لا
إِلَّا تَدْنُ مِنَ الْأَسَدِ يَأْكُلْكَ
Jika kamu tidak mendekati singa, ia pasti memakanmu
(Singa itu akan memakanmu kalau kamu tidak mendekatinya-ini adalah makna yang keliru)
_lihat syarat keempat_
■ أَيْنَ مَنْزِلُكَ أَدْخُلْهُ
Dimana rumahmu? Aku pasti memasukinya
Fi'il أدخل majzum karena ia merupakan konsekuensi dari tholab sebelumnya : أين منزلك (tholab dalam bentuk pertanyaan). Untuk membuktikannya kita bisa mengganti tholab tersebut dengan إن الشرطية dan fi'il yang semakna, misal :
إِنْ تُعَرِّفْنِيْ مَنْزِلَكَ أَدْخُلْه
Jika kamu memberitahuku rumahmu, aku pasti memasukinya
Berbeda jika kita mengatakan :
أَيْنَ مَنْزِلُكَ أَقِفُ فِي الشَّارِعِ
Dimana rumahmu? Aku berdiri di jalan.
Fi'il أقف marfu' dan tidak boleh majzum karena kita tidak boleh mengatakan :
إِنْ تُعَرِّفْنِيْ مَنْزِلَكَ أَقِفْ فِي الشَّارِعِ
Jika kamu memberitahuku rumahmu, aku pasti berdiri di jalan
Makna jumlah ini tidaklah benar (tidak nyambung).
لَا تَدْنُ مِنَ الْأَسَدِ تَسْلَمْ
Jangan dekati singa, kamu pasti selamat
dan
لَا تَدْنُ مِنَ الْأَسَدِ يَأْكُلُكَ
Jangan dekati singa, ia akan memakanmu
● fi'il تسلم majzum karena kita bisa mengganti لا الناهية dengan إن لا dan maknanya tetap sama
إِلَّا تَدْنُ مِنَ الْأَسَدِ تَسْلَمْ
Jika kamu tidak mendekati singa, kamu pasti selamat
(Ada hubungan
sebab akibat antara tidak mendekati singa dan keselamatan)
● ada pun fi'il يأكلك tidak boleh majzum karena maknanya akan berubah jika kita ganti لا dengan إن لا
إِلَّا تَدْنُ مِنَ الْأَسَدِ يَأْكُلْكَ
Jika kamu tidak mendekati singa, ia pasti memakanmu
(Singa itu akan memakanmu kalau kamu tidak mendekatinya-ini adalah makna yang keliru)
_lihat syarat keempat_
■ أَيْنَ مَنْزِلُكَ أَدْخُلْهُ
Dimana rumahmu? Aku pasti memasukinya
Fi'il أدخل majzum karena ia merupakan konsekuensi dari tholab sebelumnya : أين منزلك (tholab dalam bentuk pertanyaan). Untuk membuktikannya kita bisa mengganti tholab tersebut dengan إن الشرطية dan fi'il yang semakna, misal :
إِنْ تُعَرِّفْنِيْ مَنْزِلَكَ أَدْخُلْه
Jika kamu memberitahuku rumahmu, aku pasti memasukinya
Berbeda jika kita mengatakan :
أَيْنَ مَنْزِلُكَ أَقِفُ فِي الشَّارِعِ
Dimana rumahmu? Aku berdiri di jalan.
Fi'il أقف marfu' dan tidak boleh majzum karena kita tidak boleh mengatakan :
إِنْ تُعَرِّفْنِيْ مَنْزِلَكَ أَقِفْ فِي الشَّارِعِ
Jika kamu memberitahuku rumahmu, aku pasti berdiri di jalan
Makna jumlah ini tidaklah benar (tidak nyambung).
Materi 42
قال ابن هشام رحمه الله
وَيُجْزَمُ أَيْضًا بِلَمْ نَحْوُ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ وَلَمَّا نَحْوُ لَمَّا يَقْضِ وَبِاللَّامِ وَلَا الطَّلَبِيَّتَيْنِ نَحْوُ لِيُنْفِقْ , لِيَقْضِ , لَا تُشْرِكْ , لَا تُؤَاخِذْنَا
Ibnu Hisyam رحمه الله berkata,
"Dan dimajzumkan juga dengan لم, contoh : لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ , dan لما contoh : لَمَّا يَقْضِ , dan لام serta لا yang dua-duanya tholabiyyah, contoh :
لِيُنْفِقْ , لِيَقْضِ , لَا تُشْرِكْ , لَا تُؤَاخِذْنَا "
■ Melanjutkan pembahasan Jaazim untuk satu fi'il mufhori. Pada materi ini, beliau Ibnu Hisyam رحمه الله menyebutkan 4 jaazim sisanya.
■ 2. Harf لم
Harf ini berfungsi untuk menafikan dan secara khusus hanya menjazm fi'il mudhori'. Ia juga mengubah waktu dan zaman fi'il mudhori' yang asalnya adalah waktu saat ini dan masa depan menjadi masa lalu. Sehingga fi'il tersebut lafadznya tetap mudhori tapi maknanya adalah maadhi.
لَمْ يَحْضُرِ الضَّيْفُ
لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ الإخلاص ٣
أَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَ الشرح ١
■ 3. Harf لمّا الجازمة
Ia seperti لم yang telah disebutkan.
كَلَّا لَمَّا يَقْضِ مَآ أَمَرَهُ عبس ٢٣
Fiil يقض majzum karena لما dan tanda jazmnya adalah terhapusnya harf 'illah ي (asalnya يقضي ) dan kasroh di bawah ض merupakan tanda bagi ي tersebut.
■ 4. Harf لام الطلب
● Perintah
لِيُنْفِقْ ذُوْ سَعَةٍ مِنْ سَعَتِهِ الطلاق ٧
● Doa
لِيَقْضِ عَلَيْنَا رَبُّكَ الزخرف ٧٧
● Permintaan
يَا زَمِيْلِيْ لِتَرْكَبْ مَعِيْ
■ 5. Harf لا الطلبية
● Larangan
لَا تُشْرِكْ بِاللهِ لقمان ١٣
● Doa
رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَآ إِنْ نَسِيْنَآ أَوْ أَخْطَأْنَا البقرة ٢٨٦
● Permintaan
يَا أَخِيْ لَا تَتَأَخَّرْ فِي الْحُضُوْرِ
قال ابن هشام رحمه الله
وَيُجْزَمُ أَيْضًا بِلَمْ نَحْوُ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ وَلَمَّا نَحْوُ لَمَّا يَقْضِ وَبِاللَّامِ وَلَا الطَّلَبِيَّتَيْنِ نَحْوُ لِيُنْفِقْ , لِيَقْضِ , لَا تُشْرِكْ , لَا تُؤَاخِذْنَا
Ibnu Hisyam رحمه الله berkata,
"Dan dimajzumkan juga dengan لم, contoh : لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ , dan لما contoh : لَمَّا يَقْضِ , dan لام serta لا yang dua-duanya tholabiyyah, contoh :
لِيُنْفِقْ , لِيَقْضِ , لَا تُشْرِكْ , لَا تُؤَاخِذْنَا "
■ Melanjutkan pembahasan Jaazim untuk satu fi'il mufhori. Pada materi ini, beliau Ibnu Hisyam رحمه الله menyebutkan 4 jaazim sisanya.
■ 2. Harf لم
Harf ini berfungsi untuk menafikan dan secara khusus hanya menjazm fi'il mudhori'. Ia juga mengubah waktu dan zaman fi'il mudhori' yang asalnya adalah waktu saat ini dan masa depan menjadi masa lalu. Sehingga fi'il tersebut lafadznya tetap mudhori tapi maknanya adalah maadhi.
لَمْ يَحْضُرِ الضَّيْفُ
لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ الإخلاص ٣
أَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَ الشرح ١
■ 3. Harf لمّا الجازمة
Ia seperti لم yang telah disebutkan.
كَلَّا لَمَّا يَقْضِ مَآ أَمَرَهُ عبس ٢٣
Fiil يقض majzum karena لما dan tanda jazmnya adalah terhapusnya harf 'illah ي (asalnya يقضي ) dan kasroh di bawah ض merupakan tanda bagi ي tersebut.
■ 4. Harf لام الطلب
● Perintah
لِيُنْفِقْ ذُوْ سَعَةٍ مِنْ سَعَتِهِ الطلاق ٧
● Doa
لِيَقْضِ عَلَيْنَا رَبُّكَ الزخرف ٧٧
● Permintaan
يَا زَمِيْلِيْ لِتَرْكَبْ مَعِيْ
■ 5. Harf لا الطلبية
● Larangan
لَا تُشْرِكْ بِاللهِ لقمان ١٣
● Doa
رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَآ إِنْ نَسِيْنَآ أَوْ أَخْطَأْنَا البقرة ٢٨٦
● Permintaan
يَا أَخِيْ لَا تَتَأَخَّرْ فِي الْحُضُوْرِ
Materi 43
أدوات الشرط
قال ابن هشام رحمه الله
وَيَجْزِمُ فِعْلَيْنِ إِِنْ وَإِذْمَا وَأَيُّ وَأَيْنَ وَأَنَّى وَأَيَّانَ وَمَتَى وَمَهْمَا وَمَنْ وَمَا وَحَيْثُمَا نَحْوُ إِنْ يَشَأْ يُذْهِبْكُمْ , مَنْ يَعْمَلْ سُوٓءًا يُجْزَ بِهِ , مَا نَنْسَخْ مِنْ ءَايَةٍ أَوْ نُنْسِهَا نأْتِ بِخَيْرٍ مِنْهَا , وَيُسَمَّى الْأَوَّلُ شَرْطًا وَالثَّانِي جَوَابًا وَجَزَاءً
Ibnu Hisyam رحمه الله berkata,
" Yang menjazmkan dua fiil adalah :
ِ إِِنْ وَإِذْمَا وَأَيُّ وَأَيْنَ وَأَنَّى وَأَيَّانَ وَمَتَى وَمَهْمَا وَمَنْ وَمَا وَحَيْثُمَا
contoh :
إِنْ يَشَأْ يُذْهِبْكُمْ (النساء ١٣٣), مَنْ يَعْمَلْ سُوٓءًا يُجْزَ بِهِ (النساء ١٢٣), مَا نَنْسَخْ مِنْ ءَايَةٍ أَوْ نُنْسِهَا نأْتِ بِخَيْرٍ مِنْهَا (البقرۃ ١۰٦)
Fiil majzum yang pertama disebut syarat dan yang kedua disebut jawab dan jaza'. "
■ Kita telah selesai membahas jaazim untuk satu fiil mudhori. Selanjutnya adalah jaazim untuk dua fiil mudhori. Beliau Ibnu Hisyam رحمه الله menyebutkan 11 alat jaazim; ada yang berupa isim dan ada yang berupa harf.
■ 1. Harf إِنْ (jika)
Contoh :
إِنْ تَصْحَبِ الْأَشْرَارَ تَنْدَمْ
إِنْ يَشَأْ يُذْهِبْكُمْ (النساء ١٣٣)
إن : حرف شرط جازم لا محل له
■ 2. Harf إِذْمَا (jika)
Harf ini seperti إن. Ia bersambung dengan ما yang merupakan huruf tambahan namun inilah yang membuatnya bisa menjazm fiil setelahnya. C
ontoh :
إِذْمَا تَفْعَلْ شَرًّا تَنْدَمْ
_Faedah_: _kata إذما diperselisihkan apakah ia harf atau isim_
■ 3. Isim أَيُّ
Karena ia adalah isim, maka i'robnya tergantung isim setelahnya (mudhof ilaihnya).
● أَيُّهُمْ يَقُمْ أَقُمْ مَعَهُ
أي : اسم شرط جازم مبتدأ مرفوع
● أَيَّ الْكُتُبِ تَقْرَأْ أَقْرَأْ
أي : اسم شرط جازم مفعول به مقدم منصوب
● أَيَّ يَوْمٍ تُسَافِرْ أُسَافِرْ
أي : اسم شرط جازم منصوب على الظرفية الزمانية
● أَيَّ بَلَدٍ تَسْكُنْ أَسْكُنْ
أي : اسم شرط جازم منصوب على الظرفية المكانية
● أَيَّ نَفْعٍ تَنْفَعِ النَّاسَ يَشْكُرُوْكَ عَلَيْهِ
أي : مفعول مطلق
أَيًّا مَّا تَدْعُوْا فَلَهُ الْأَسْمَآءُ الْحُسْنَىٰ -الإسراء 110-
أيا : اسم شرط جازم منصوب بتدعوا على المفعولية
ما حرف زائد إعرابا مؤكد معنى
■ 4. Isim أين
Akan lebih baik jika isim ini bersambung dengan ما agar lebih tampak bahwa ia merupakan isim syarat.
أَيْنَمَا تَذْهَبْ أَصْحَبْكَ
أَيْنَمَا يُوَجِّههُّ لَا يَأْتِ بِخَيْرٍ -النحل 76-
أين : اسم شرط جازم مبني على الفتح في محل نصب على الظرفية المكانية متعلق بالفعل بعده
ما : حرف زائد إعرابا مؤكد معنى
■ 5. Isim أَنَّىٰ
Ia seperti أين. Contoh :
أَنَّىٰ يَنْزِلْ ذُو الْعِلْمِ يُكْرَمْ
Berlanjut إن شاء الله
أدوات الشرط
قال ابن هشام رحمه الله
وَيَجْزِمُ فِعْلَيْنِ إِِنْ وَإِذْمَا وَأَيُّ وَأَيْنَ وَأَنَّى وَأَيَّانَ وَمَتَى وَمَهْمَا وَمَنْ وَمَا وَحَيْثُمَا نَحْوُ إِنْ يَشَأْ يُذْهِبْكُمْ , مَنْ يَعْمَلْ سُوٓءًا يُجْزَ بِهِ , مَا نَنْسَخْ مِنْ ءَايَةٍ أَوْ نُنْسِهَا نأْتِ بِخَيْرٍ مِنْهَا , وَيُسَمَّى الْأَوَّلُ شَرْطًا وَالثَّانِي جَوَابًا وَجَزَاءً
Ibnu Hisyam رحمه الله berkata,
" Yang menjazmkan dua fiil adalah :
ِ إِِنْ وَإِذْمَا وَأَيُّ وَأَيْنَ وَأَنَّى وَأَيَّانَ وَمَتَى وَمَهْمَا وَمَنْ وَمَا وَحَيْثُمَا
contoh :
إِنْ يَشَأْ يُذْهِبْكُمْ (النساء ١٣٣), مَنْ يَعْمَلْ سُوٓءًا يُجْزَ بِهِ (النساء ١٢٣), مَا نَنْسَخْ مِنْ ءَايَةٍ أَوْ نُنْسِهَا نأْتِ بِخَيْرٍ مِنْهَا (البقرۃ ١۰٦)
Fiil majzum yang pertama disebut syarat dan yang kedua disebut jawab dan jaza'. "
■ Kita telah selesai membahas jaazim untuk satu fiil mudhori. Selanjutnya adalah jaazim untuk dua fiil mudhori. Beliau Ibnu Hisyam رحمه الله menyebutkan 11 alat jaazim; ada yang berupa isim dan ada yang berupa harf.
■ 1. Harf إِنْ (jika)
Contoh :
إِنْ تَصْحَبِ الْأَشْرَارَ تَنْدَمْ
إِنْ يَشَأْ يُذْهِبْكُمْ (النساء ١٣٣)
إن : حرف شرط جازم لا محل له
■ 2. Harf إِذْمَا (jika)
Harf ini seperti إن. Ia bersambung dengan ما yang merupakan huruf tambahan namun inilah yang membuatnya bisa menjazm fiil setelahnya. C
ontoh :
إِذْمَا تَفْعَلْ شَرًّا تَنْدَمْ
_Faedah_: _kata إذما diperselisihkan apakah ia harf atau isim_
■ 3. Isim أَيُّ
Karena ia adalah isim, maka i'robnya tergantung isim setelahnya (mudhof ilaihnya).
● أَيُّهُمْ يَقُمْ أَقُمْ مَعَهُ
أي : اسم شرط جازم مبتدأ مرفوع
● أَيَّ الْكُتُبِ تَقْرَأْ أَقْرَأْ
أي : اسم شرط جازم مفعول به مقدم منصوب
● أَيَّ يَوْمٍ تُسَافِرْ أُسَافِرْ
أي : اسم شرط جازم منصوب على الظرفية الزمانية
● أَيَّ بَلَدٍ تَسْكُنْ أَسْكُنْ
أي : اسم شرط جازم منصوب على الظرفية المكانية
● أَيَّ نَفْعٍ تَنْفَعِ النَّاسَ يَشْكُرُوْكَ عَلَيْهِ
أي : مفعول مطلق
أَيًّا مَّا تَدْعُوْا فَلَهُ الْأَسْمَآءُ الْحُسْنَىٰ -الإسراء 110-
أيا : اسم شرط جازم منصوب بتدعوا على المفعولية
ما حرف زائد إعرابا مؤكد معنى
■ 4. Isim أين
Akan lebih baik jika isim ini bersambung dengan ما agar lebih tampak bahwa ia merupakan isim syarat.
أَيْنَمَا تَذْهَبْ أَصْحَبْكَ
أَيْنَمَا يُوَجِّههُّ لَا يَأْتِ بِخَيْرٍ -النحل 76-
أين : اسم شرط جازم مبني على الفتح في محل نصب على الظرفية المكانية متعلق بالفعل بعده
ما : حرف زائد إعرابا مؤكد معنى
■ 5. Isim أَنَّىٰ
Ia seperti أين. Contoh :
أَنَّىٰ يَنْزِلْ ذُو الْعِلْمِ يُكْرَمْ
Berlanjut إن شاء الله
Materi 43 (Lanjutan)
■ 6. Isim أَيَّانَ
Isim ini menunjukkan waktu dan kemudian digunakan sebagai syarat. Contoh :
أَيَّانَ يَكْثُرْ فَرَاغُ الشَّبَابِ يَكْثُرْ فَسَادُهُمْ
أيان : اسم شرط جازم مبني على الفتح في محل نصب على الظرفية الزمانية
■ 7. Isim مَتَى
Isim ini seperti أيان. Contoh :
مَتَى يَأْتِ فَصْلُ الصَّيْفِ يَنْضَجِ الْعِنَبُ
■ 8. Isim مَهْمَا (apa pun)
Dalam masalah i'rob, ia seperti مَنْ yang akan dibahas setelah ini. Hanya saja مهما digunakan untuk yang tidak berakal (غير عاقل).
مَهْمَا تُنْفِقْ فِي الْخَيْرِ يُخْلِفْهُ اللهُ
مهما : اسم شرط جازم في محل نصب مفعول مقدم
■ 9. Isim مَنْ (siapa pun)
Digunakan untuk yang berakal (عاقل).
● مَنْ يَكْثُرْ كَلَامُهُ يَكْثُرْ مَلَامُهُ
● مَنْ يَكُنْ عَجُوْلًا يَكْثُرْ خَطَؤُهُ
● مَنْ يَحْتَرِمِ النَّاسَ يَحْتَرِمُوْهُ
من : اسم شرط جازم مبني على السكون في محل رفع مبتدأ
● مَنْ تُسَاعِدْ أُسَاعِدْهُ
من : في محل نصب مفعول به مقدم
● عَمَّنْ تَتَعَلَّمْ أَتَعَلَّمْ
● كِتَابَ مَنْ تَقْرَأْ أَقْرَأْ
من : في محل جر
■ 10. Isim ما
Seperti من, hanya saja ia digunakan untuk yang tidak berakal.
مَا تَقْرَأْ يُفِدْكَ
مَا نَنْسَخْ مِنْ ءَايَةٍ أَوْ نُنْسِهَا نَأْتِ بِخَيْرٍ مِنْهَا أَوْ مِثْلِهَا - البقرۃ ١۰٦ -
ما : اسم شرط جازم مبني على السكون في محل نصب مفعول مقدم
■ 11. Isim حَيْثُمَا
Ia bersambung dengan ما الزائدة dan ini merupakan syarat agar ia bisa menjazmkan fiil setelahnya.
حَيْثُمَا تَجِدْ صَدِيْقًا وَفِيًّا تَجِدْ كَنْزًا ثَمِيْنًا
حيثُما : اسم شرط جازم مبني على الضم في محل نصب على الظرفية المكانية وما زائدة إعرابا مؤكد معنى
■ Makna perkataan Ibnu Hisyam رحمه الله :
وَيُسَمَّى الْأَوَّلُ شَرْطًا وَالثَّانِي جَوَابًا وَجَزَاءً
Fiil pertama dari 2 fiil yang majzum karena alat-alat jaazim yang telah dijelaskan disebut dengan syarat atau fiil syarat dan fiil yang kedua disebut jawab syarat atau jaza'.
■ 6. Isim أَيَّانَ
Isim ini menunjukkan waktu dan kemudian digunakan sebagai syarat. Contoh :
أَيَّانَ يَكْثُرْ فَرَاغُ الشَّبَابِ يَكْثُرْ فَسَادُهُمْ
أيان : اسم شرط جازم مبني على الفتح في محل نصب على الظرفية الزمانية
■ 7. Isim مَتَى
Isim ini seperti أيان. Contoh :
مَتَى يَأْتِ فَصْلُ الصَّيْفِ يَنْضَجِ الْعِنَبُ
■ 8. Isim مَهْمَا (apa pun)
Dalam masalah i'rob, ia seperti مَنْ yang akan dibahas setelah ini. Hanya saja مهما digunakan untuk yang tidak berakal (غير عاقل).
مَهْمَا تُنْفِقْ فِي الْخَيْرِ يُخْلِفْهُ اللهُ
مهما : اسم شرط جازم في محل نصب مفعول مقدم
■ 9. Isim مَنْ (siapa pun)
Digunakan untuk yang berakal (عاقل).
● مَنْ يَكْثُرْ كَلَامُهُ يَكْثُرْ مَلَامُهُ
● مَنْ يَكُنْ عَجُوْلًا يَكْثُرْ خَطَؤُهُ
● مَنْ يَحْتَرِمِ النَّاسَ يَحْتَرِمُوْهُ
من : اسم شرط جازم مبني على السكون في محل رفع مبتدأ
● مَنْ تُسَاعِدْ أُسَاعِدْهُ
من : في محل نصب مفعول به مقدم
● عَمَّنْ تَتَعَلَّمْ أَتَعَلَّمْ
● كِتَابَ مَنْ تَقْرَأْ أَقْرَأْ
من : في محل جر
■ 10. Isim ما
Seperti من, hanya saja ia digunakan untuk yang tidak berakal.
مَا تَقْرَأْ يُفِدْكَ
مَا نَنْسَخْ مِنْ ءَايَةٍ أَوْ نُنْسِهَا نَأْتِ بِخَيْرٍ مِنْهَا أَوْ مِثْلِهَا - البقرۃ ١۰٦ -
ما : اسم شرط جازم مبني على السكون في محل نصب مفعول مقدم
■ 11. Isim حَيْثُمَا
Ia bersambung dengan ما الزائدة dan ini merupakan syarat agar ia bisa menjazmkan fiil setelahnya.
حَيْثُمَا تَجِدْ صَدِيْقًا وَفِيًّا تَجِدْ كَنْزًا ثَمِيْنًا
حيثُما : اسم شرط جازم مبني على الضم في محل نصب على الظرفية المكانية وما زائدة إعرابا مؤكد معنى
■ Makna perkataan Ibnu Hisyam رحمه الله :
وَيُسَمَّى الْأَوَّلُ شَرْطًا وَالثَّانِي جَوَابًا وَجَزَاءً
Fiil pertama dari 2 fiil yang majzum karena alat-alat jaazim yang telah dijelaskan disebut dengan syarat atau fiil syarat dan fiil yang kedua disebut jawab syarat atau jaza'.
Materi 44
قال ابن هشام رحمه الله
وَإِذَا لَمْ يَصْلُحْ لِمُبَاشَرَةِ الْأَدَاةِ قُرِنَ بِالْفَاءِ نَحْوُ وَإِنْ يَمْسَسْكَ اللهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهُ إِلَّا هُوَ وَإِنْ يَمْسَسْكَ بِخَيْرٍ فَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ . أَوْ بِإِذَا الفُجَائِيَّةِ نَحْوُ وَإِنْ تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ بِمَا قَدَّمَتْ أَيْدِيْهِمْ إِذَا هُمْ يَقْنَطُوْنَ .
Ibnu Hisyam رحمه الله berkata,
"Dan jika jawab syarat tidak bisa terpengaruh langsung oleh alat syarat maka ia wajib diiringi dengan فاء, contoh :
وَإِنْ يَمْسَسْكَ اللهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهُ إِلَّا هُوَ وَإِنْ يَمْسَسْكَ بِخَيْرٍ فَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ -الأنعام ١٧-
Atau dengan إذا الفجائية, contoh :
وَإِنْ تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ بِمَا قَدَّمَتْ أَيْدِيْهِمْ إِذَا هُمْ يَقْنَطُوْنَ -الروم ٣٦-
■ Setelah beliau Ibnu Hisyam رحمه الله menyebutkan alat-alat syarat yang menjazmkan 2 fi'il, beliau menyebutkan sebuah kaedah umum tentang wajibnya jawab syarat diiringi dengan فاء :
Alat syarat yang kita bahas adalah alat yang menjazmkan dua fi'il ; fi'il syarat dan jawabnya. Namun, ada kalanya jawab syarat tersebut adalah jumlah yang tidak bisa dimasuki dan dijazm oleh alat syarat, misalnya jumlah ismiyyah. Sehingga dalam keadaan seperti itu, jawab syarat wajib diiringi فاء yang berfungsi untuk mengikat kedua jumlah tersebut. Harf فاء ini hanyalah tambahan (زائدة), bukan عطف atau pun jenis lainnya. Contoh :
مَنْ سَعَى فِي الْخَيْرِ فَسَعْيُهُ مَشْكُوْرٌ .
■ Jenis-jenis jawab syarat yang wajib diiringi dengan فاء :
1. الجملة الاسمية
Sebagaimana telah disebutkan. Contoh :
وَإِنْ يَمْسَسْكَ بِخَيْرٍ فَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ -الأنعام ١٧-
2. الجملة الفعلية التي فعلها طلبي
Jumlah fi'liyyah yang fi'ilnya tholabi, seperti فعل الأمر.
Contoh :
إِنْ حَيَّاكَ أَحَدٌ بِتَحِيَّةٍ فَحَيِّهِ بِأَحْسَنَ مِنْهَا
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللهَ فَاتَّبِعُوْنِى يُحْبِبْكُمُ اللهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ -آل عمران ٣١-
3. الجملة الفعلية التي فعلها جامد
Jumlah fi'liyyah yang fi'ilnya jamid, seperti :
لَيْسَ , نِعْمَ , بِئْسَ , عَسَى
Fi'il tersebut tidak memiliki bentuk mudhori', amr, mashdar dan bentuk lain sebagaimana dalam ilmu tasrif.
مَنْ يُطْلِقْ لِسَانَهُ فَلَيْسَ بِسَالِمٍ
إِنْ تَرَنِ أَنَا أَقَلَّ مِنْكَ مَالًا وَوَلَدًا فَعَسَى رَبِّىٓ أَنْ يُؤْتِيَنِ -الكهف ٣٩و ٤۰-
Berlanjut إن شاء الله
قال ابن هشام رحمه الله
وَإِذَا لَمْ يَصْلُحْ لِمُبَاشَرَةِ الْأَدَاةِ قُرِنَ بِالْفَاءِ نَحْوُ وَإِنْ يَمْسَسْكَ اللهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهُ إِلَّا هُوَ وَإِنْ يَمْسَسْكَ بِخَيْرٍ فَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ . أَوْ بِإِذَا الفُجَائِيَّةِ نَحْوُ وَإِنْ تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ بِمَا قَدَّمَتْ أَيْدِيْهِمْ إِذَا هُمْ يَقْنَطُوْنَ .
Ibnu Hisyam رحمه الله berkata,
"Dan jika jawab syarat tidak bisa terpengaruh langsung oleh alat syarat maka ia wajib diiringi dengan فاء, contoh :
وَإِنْ يَمْسَسْكَ اللهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهُ إِلَّا هُوَ وَإِنْ يَمْسَسْكَ بِخَيْرٍ فَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ -الأنعام ١٧-
Atau dengan إذا الفجائية, contoh :
وَإِنْ تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ بِمَا قَدَّمَتْ أَيْدِيْهِمْ إِذَا هُمْ يَقْنَطُوْنَ -الروم ٣٦-
■ Setelah beliau Ibnu Hisyam رحمه الله menyebutkan alat-alat syarat yang menjazmkan 2 fi'il, beliau menyebutkan sebuah kaedah umum tentang wajibnya jawab syarat diiringi dengan فاء :
Alat syarat yang kita bahas adalah alat yang menjazmkan dua fi'il ; fi'il syarat dan jawabnya. Namun, ada kalanya jawab syarat tersebut adalah jumlah yang tidak bisa dimasuki dan dijazm oleh alat syarat, misalnya jumlah ismiyyah. Sehingga dalam keadaan seperti itu, jawab syarat wajib diiringi فاء yang berfungsi untuk mengikat kedua jumlah tersebut. Harf فاء ini hanyalah tambahan (زائدة), bukan عطف atau pun jenis lainnya. Contoh :
مَنْ سَعَى فِي الْخَيْرِ فَسَعْيُهُ مَشْكُوْرٌ .
■ Jenis-jenis jawab syarat yang wajib diiringi dengan فاء :
1. الجملة الاسمية
Sebagaimana telah disebutkan. Contoh :
وَإِنْ يَمْسَسْكَ بِخَيْرٍ فَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ -الأنعام ١٧-
2. الجملة الفعلية التي فعلها طلبي
Jumlah fi'liyyah yang fi'ilnya tholabi, seperti فعل الأمر.
Contoh :
إِنْ حَيَّاكَ أَحَدٌ بِتَحِيَّةٍ فَحَيِّهِ بِأَحْسَنَ مِنْهَا
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللهَ فَاتَّبِعُوْنِى يُحْبِبْكُمُ اللهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ -آل عمران ٣١-
3. الجملة الفعلية التي فعلها جامد
Jumlah fi'liyyah yang fi'ilnya jamid, seperti :
لَيْسَ , نِعْمَ , بِئْسَ , عَسَى
Fi'il tersebut tidak memiliki bentuk mudhori', amr, mashdar dan bentuk lain sebagaimana dalam ilmu tasrif.
مَنْ يُطْلِقْ لِسَانَهُ فَلَيْسَ بِسَالِمٍ
إِنْ تَرَنِ أَنَا أَقَلَّ مِنْكَ مَالًا وَوَلَدًا فَعَسَى رَبِّىٓ أَنْ يُؤْتِيَنِ -الكهف ٣٩و ٤۰-
Berlanjut إن شاء الله
Materi 44 (Lanjutan)
4. الجملة الفعلية التي فعلها مسبوق بلن
Jumlah fi'liyyah yang fi'ilnya didahului لَنْ. Contoh :
وَمَا يَفْعَلُوْا مِنْ خَيْرٍ فَلَنْ يُكْفَرُوْهُ -آل عمران 115-
5. الجملة الفعلية التي فعلها مسبوق بقد
Jumlah fi'liyyah yang fi'ilnya didahului قَدْ. Contoh :
إِنْ يَسْرِقْ فَقَدْ سَرَقَ أَخٌ لَهُ مِنْ قَبْلُ -يوسف 77-
6. الجملة الفعلية التي فعلها مسبوق بما
Jumlah fi'liyyah yang fi'ilnya didahului مَا. Contoh :
وَمَآ أَفَآءَ اللهُ عَلَىٰ رَسُوْلِهِ مِنْهُمْ فَمَآ أَوْجَفْتُمْ عَلَيْهِ مِنْ خَيْلٍ وَلَا رِكَابٍ -الحشر 6-
7. الجملة الفعلية التي فعلها مسبوق بالسين
Jumlah fi'liyyah yang fi'ilnya didahului سَ. Contoh :
وَإِنْ تَعَاسَرْتُمْ فَسَتُرْضِعُ لَهُٓ أُخْرَىٰ -الطلاق 6-
8. الجملة الفعلية التي فعلها مسبوق بسوف
Jumlah fi'liyyah yang fi'ilnya didahului سَوْفَ. Contoh :
وَإِنْ خِفْتُمْ عَيْلَةً فَسَوْفَ يُغْنِيكُمُ اللهُ مِنْ فَضْلِهِٓ إِنْ شَآءَ -التوبة 28-
■ Selain dengan فاء, jawab syarat bisa juga diiringi dengan ِإِذَا الفُجَائِيَّةِ , yaitu إذا yang khusus masuk ke jumlah ismiyyah. Ia adalah harf yang berfungsi menunjukkan sesuatu yang terjadi tiba-tiba. Contoh :
وَإِنْ تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ بِمَا قَدَّمَتْ أَيْدِيهِمْ إِذَا هُمْ يَقْنَطُوْنَ - الروم 36-
إذا : حرف دال على المفاجأة مبني على السكون لا محل له من الإعراب
هم : مبتدأ
جملة يقنطون : في محل رفع خبر
والجملة من المبتدأ والخبر في محل جزم جواب الشرط إن .
4. الجملة الفعلية التي فعلها مسبوق بلن
Jumlah fi'liyyah yang fi'ilnya didahului لَنْ. Contoh :
وَمَا يَفْعَلُوْا مِنْ خَيْرٍ فَلَنْ يُكْفَرُوْهُ -آل عمران 115-
5. الجملة الفعلية التي فعلها مسبوق بقد
Jumlah fi'liyyah yang fi'ilnya didahului قَدْ. Contoh :
إِنْ يَسْرِقْ فَقَدْ سَرَقَ أَخٌ لَهُ مِنْ قَبْلُ -يوسف 77-
6. الجملة الفعلية التي فعلها مسبوق بما
Jumlah fi'liyyah yang fi'ilnya didahului مَا. Contoh :
وَمَآ أَفَآءَ اللهُ عَلَىٰ رَسُوْلِهِ مِنْهُمْ فَمَآ أَوْجَفْتُمْ عَلَيْهِ مِنْ خَيْلٍ وَلَا رِكَابٍ -الحشر 6-
7. الجملة الفعلية التي فعلها مسبوق بالسين
Jumlah fi'liyyah yang fi'ilnya didahului سَ. Contoh :
وَإِنْ تَعَاسَرْتُمْ فَسَتُرْضِعُ لَهُٓ أُخْرَىٰ -الطلاق 6-
8. الجملة الفعلية التي فعلها مسبوق بسوف
Jumlah fi'liyyah yang fi'ilnya didahului سَوْفَ. Contoh :
وَإِنْ خِفْتُمْ عَيْلَةً فَسَوْفَ يُغْنِيكُمُ اللهُ مِنْ فَضْلِهِٓ إِنْ شَآءَ -التوبة 28-
■ Selain dengan فاء, jawab syarat bisa juga diiringi dengan ِإِذَا الفُجَائِيَّةِ , yaitu إذا yang khusus masuk ke jumlah ismiyyah. Ia adalah harf yang berfungsi menunjukkan sesuatu yang terjadi tiba-tiba. Contoh :
وَإِنْ تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ بِمَا قَدَّمَتْ أَيْدِيهِمْ إِذَا هُمْ يَقْنَطُوْنَ - الروم 36-
إذا : حرف دال على المفاجأة مبني على السكون لا محل له من الإعراب
هم : مبتدأ
جملة يقنطون : في محل رفع خبر
والجملة من المبتدأ والخبر في محل جزم جواب الشرط إن .
Materi 45
النكرة والمعرفة
قال العلامة أبو محمد عبد الله بن هشام الأنصاري رحمه الله
فَصْلٌ الاِسْمُ ضَرْبَانِ نَكِرَةٌ وَهُوَ مَا شَاعَ فِيْ جِنْسٍ مَوْجُوْدٍ كَرَجُلٍ أَوْ مُقَدَّرٍ كَشَمْسٍ وَمَعْرِفَةٌ وَهِيَ سِتَّةٌ
■ Al Allamah Abu Muhammad Abdullah ibn Hisyam al Anshory رحمه الله berkata,
" الاِسْمُ ضَرْبَانِ "
isim (ditinjau dari kejelasannya) ada 2 macam ;
"نَكِرَةٌ وَهُوَ مَا شَاعَ فِيْ جِنْسٍ مَوْجُوْدٍ كَرَجُلٍ أَوْ مُقَدَّرٍ كَشَمْسٍ"
● Yang pertama adalah Nakiroh, yaitu isim yang menunjukkan satu dari jenisnya yang tidak tertentu. Contoh : Isim رَجُلٌ (seorang laki-laki) tidak merujuk pada seorang laki-laki tertentu yang telah disebut atau dibicarakan sebelumnya karena ia adalah lafadz yang mengandung kriteria yang dimiliki oleh semua individu jenis laki-laki secara keseluruhan.
Jenis (الجِنْسُ : pengelompokan) tersebut ada dua macam ;
1. جِنْسٌ مَوْجُوْدٌ
Kelompok kata benda yang berbilang secara real atau nyata, seperti : طَالِبٌ , رَجُلٌ , كِتَابٌ
2. جِنْسٌ مُقَدَّرٌ
Kelompok kata benda yang dianggap berbilang karena nyatanya ia hanya ada satu, seperti : شَمْسٌ
Faedah :
هَاتِ لِيْ كِتَابًا
"Berikan aku sebuah buku!"
Isim كتابا adalah nakiroh sehingga anda bisa memberikan saya buku apapun dan yang manapun dari buku-buku yang ada karena saya tidak menentukan buku tersebut. Ingat _"nakiroh : isim yang menunjukkan satu dari jenisnya yang tidak tertentu"_.
Berbeda jika kata tersebut ma'rifat :
هَاتِ لِيَ الْكِتَابَ
"Berikan aku buku itu!"
Isim الكتاب adalah ma'rifat sehingga buku yang saya minta adalah buku yang tertentu (karena saya menunjuknya atau pernah saya bicarakan sebelum ini).
Lafadz كتاب termasuk جنس موجود karena bilangan buku memang banyak.
Beda dengan شمس , lafadz ini nakiroh namun bukan berarti ia adalah salah satu dari jenisnya karena ia (matahari) kenyataannya hanya ada satu. Dari sinilah ia dikatakan sebagai جنس مقدر (jenis yang dianggap berbilang padahal kenyataannya hanya satu).
● Jenis kata yang kedua adalah Ma'rifat, yaitu isim yang menunjukkan pada sesuatu yang tertentu. Beliau menyebutkan ada 6 ; dhomir, 'alam, isim isyarat, isim maushul, al mu'arrof bi أل dan al mudhof untuk kata-kata tersebut.
Ada satu lagi yaitu nakiroh maqshudah dalam bab al munada. Beliau akan menyebutkan ini dalam babnya nanti.
النكرة والمعرفة
قال العلامة أبو محمد عبد الله بن هشام الأنصاري رحمه الله
فَصْلٌ الاِسْمُ ضَرْبَانِ نَكِرَةٌ وَهُوَ مَا شَاعَ فِيْ جِنْسٍ مَوْجُوْدٍ كَرَجُلٍ أَوْ مُقَدَّرٍ كَشَمْسٍ وَمَعْرِفَةٌ وَهِيَ سِتَّةٌ
■ Al Allamah Abu Muhammad Abdullah ibn Hisyam al Anshory رحمه الله berkata,
" الاِسْمُ ضَرْبَانِ "
isim (ditinjau dari kejelasannya) ada 2 macam ;
"نَكِرَةٌ وَهُوَ مَا شَاعَ فِيْ جِنْسٍ مَوْجُوْدٍ كَرَجُلٍ أَوْ مُقَدَّرٍ كَشَمْسٍ"
● Yang pertama adalah Nakiroh, yaitu isim yang menunjukkan satu dari jenisnya yang tidak tertentu. Contoh : Isim رَجُلٌ (seorang laki-laki) tidak merujuk pada seorang laki-laki tertentu yang telah disebut atau dibicarakan sebelumnya karena ia adalah lafadz yang mengandung kriteria yang dimiliki oleh semua individu jenis laki-laki secara keseluruhan.
Jenis (الجِنْسُ : pengelompokan) tersebut ada dua macam ;
1. جِنْسٌ مَوْجُوْدٌ
Kelompok kata benda yang berbilang secara real atau nyata, seperti : طَالِبٌ , رَجُلٌ , كِتَابٌ
2. جِنْسٌ مُقَدَّرٌ
Kelompok kata benda yang dianggap berbilang karena nyatanya ia hanya ada satu, seperti : شَمْسٌ
Faedah :
هَاتِ لِيْ كِتَابًا
"Berikan aku sebuah buku!"
Isim كتابا adalah nakiroh sehingga anda bisa memberikan saya buku apapun dan yang manapun dari buku-buku yang ada karena saya tidak menentukan buku tersebut. Ingat _"nakiroh : isim yang menunjukkan satu dari jenisnya yang tidak tertentu"_.
Berbeda jika kata tersebut ma'rifat :
هَاتِ لِيَ الْكِتَابَ
"Berikan aku buku itu!"
Isim الكتاب adalah ma'rifat sehingga buku yang saya minta adalah buku yang tertentu (karena saya menunjuknya atau pernah saya bicarakan sebelum ini).
Lafadz كتاب termasuk جنس موجود karena bilangan buku memang banyak.
Beda dengan شمس , lafadz ini nakiroh namun bukan berarti ia adalah salah satu dari jenisnya karena ia (matahari) kenyataannya hanya ada satu. Dari sinilah ia dikatakan sebagai جنس مقدر (jenis yang dianggap berbilang padahal kenyataannya hanya satu).
● Jenis kata yang kedua adalah Ma'rifat, yaitu isim yang menunjukkan pada sesuatu yang tertentu. Beliau menyebutkan ada 6 ; dhomir, 'alam, isim isyarat, isim maushul, al mu'arrof bi أل dan al mudhof untuk kata-kata tersebut.
Ada satu lagi yaitu nakiroh maqshudah dalam bab al munada. Beliau akan menyebutkan ini dalam babnya nanti.
Materi 46
أَنْوَاعُ الْمَعَارِفِ
1. اَلضَّمِيْرُ
قال العلامة أبو محمد عبد الله بن هشام الأنصاري رحمه الله
اَلضَّمِيْرُ وَهُوَ مَا دَلَّ عَلَى مُتَكَلِّمٍ أَوْ مُخَاطَبٍ أَوْ غَائِبٍ
■ Pada materi sebelumnya, beliau Ibnu Hisyam رحمه الله telah menyebutkan bahwa al ma'rifat ada enam. Selanjutnya beliau akan menjelaskannya satu persatu
■ 1. Dhomir (kata ganti)
Dhomir adalah lafadz yang menunjukkan kepada :
1. pembicara/orang pertama (متكلم), contoh : أنا
2. yang diajak bicara/orang kedua (مخاطب), contoh : أنت
3. orang lain yang tidak diajak bicara/orang ketiga (غائب), contoh : هو
■ Dhomir adalah jenis ma'rifat yang paling ma'rifat (ma'rifat yang paling jelas) setelah lafadz الله dan dhomir-Nya.
Dan dhomir yang paling jelas adalah dhomir mutakallim kemudian mukhothob kemudian ghoib
أَنْوَاعُ الْمَعَارِفِ
1. اَلضَّمِيْرُ
قال العلامة أبو محمد عبد الله بن هشام الأنصاري رحمه الله
اَلضَّمِيْرُ وَهُوَ مَا دَلَّ عَلَى مُتَكَلِّمٍ أَوْ مُخَاطَبٍ أَوْ غَائِبٍ
■ Pada materi sebelumnya, beliau Ibnu Hisyam رحمه الله telah menyebutkan bahwa al ma'rifat ada enam. Selanjutnya beliau akan menjelaskannya satu persatu
■ 1. Dhomir (kata ganti)
Dhomir adalah lafadz yang menunjukkan kepada :
1. pembicara/orang pertama (متكلم), contoh : أنا
2. yang diajak bicara/orang kedua (مخاطب), contoh : أنت
3. orang lain yang tidak diajak bicara/orang ketiga (غائب), contoh : هو
■ Dhomir adalah jenis ma'rifat yang paling ma'rifat (ma'rifat yang paling jelas) setelah lafadz الله dan dhomir-Nya.
Dan dhomir yang paling jelas adalah dhomir mutakallim kemudian mukhothob kemudian ghoib