Forwarded from Fawaaid_Sulteng
Berkata asy Syaikh Yahya Ibnu ali Al HAJURY حفظه الله
Alloh Ta'ala berkata :
“Dan janganlah kamu mendebat membela orang-orang yang mengkhianati diri-diri mereka sendiri, sesungguhnya Allah tidak mencintai siapa yang banyak berkhianat dan melakukan dosa.” [An Nisaa: 107].
Dan berkata setelahnya:
“Inilah kalian, kalian mendebat untuk membela mereka pada kehidupan dunia, maka siapalah yang akan mendebat Allah untuk membela mereka pada hari kiamat? Atau siapakah yang akan menjadi pelindung mereka?” [An Nisaa: 109].
Dalil-dalil yang disebutkan ini siapa yang diketahui kebid’ahannya di vonis mubtadi’ dan yang membela untuknya atau tidak membid’ahkannya setelah mengetahui kebid’ahannya maka dia itu berdosa, dan dia sebagaimana dalam hadits:
“Ruh itu bagaikan pasukan yang berkelompok-kelompok, maka mana yang saling sesuai akan menjadi akur, dan mana yang saling bertentangan akan berselisih.”
Alloh Ta'ala berkata :
“Dan janganlah kamu mendebat membela orang-orang yang mengkhianati diri-diri mereka sendiri, sesungguhnya Allah tidak mencintai siapa yang banyak berkhianat dan melakukan dosa.” [An Nisaa: 107].
Dan berkata setelahnya:
“Inilah kalian, kalian mendebat untuk membela mereka pada kehidupan dunia, maka siapalah yang akan mendebat Allah untuk membela mereka pada hari kiamat? Atau siapakah yang akan menjadi pelindung mereka?” [An Nisaa: 109].
Dalil-dalil yang disebutkan ini siapa yang diketahui kebid’ahannya di vonis mubtadi’ dan yang membela untuknya atau tidak membid’ahkannya setelah mengetahui kebid’ahannya maka dia itu berdosa, dan dia sebagaimana dalam hadits:
“Ruh itu bagaikan pasukan yang berkelompok-kelompok, maka mana yang saling sesuai akan menjadi akur, dan mana yang saling bertentangan akan berselisih.”
Forwarded from MARKIZ TORAUT
Audio
FAIDAH TANYA-JAWAB DENGAN SYAIKH ABU ABDIRRAHMAN JUM'AN HAFIDZAHULLAH
"APAKAH MUHAMMAD BIN HIZAM HIZBIY?"
DISERTAI DENGAN SARAN TERHADAP PARA PENERJEMAH DI CHANEL FATWA-FATWA MUHAMMAD BIN HIZAM AGAR MENJELASKAN MAUQIF MEREKA TERHADAP FITNAH MUHAMMAD BIN HIZAM
"APAKAH MUHAMMAD BIN HIZAM HIZBIY?"
DISERTAI DENGAN SARAN TERHADAP PARA PENERJEMAH DI CHANEL FATWA-FATWA MUHAMMAD BIN HIZAM AGAR MENJELASKAN MAUQIF MEREKA TERHADAP FITNAH MUHAMMAD BIN HIZAM
هل محمد بن حزام حزبي؟ 27 ذوالحجة 1442هـ
فضيلة الشيخ جمعان بن رمضان لحمر
💫 *قوية جدا* 💫.
💫*لا تفوتك*💫.
👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇
هل محمد بن حزام حزبي؟
الجواب: نعم
الشيخ أبي عبدالرحمن جمعان لحمر حفظه الله تعالى
دار الحديث السلفية بالقرن مسجد السنة
🕒 ٦ : ٠٢
٢٧ ذوالحجة 1442 هـ
〰〰〰〰〰〰〰
مجموعة الواتساب للشيخ:٢
https://chat.whatsapp.com/GB1TSlv4NdBBU7rE13aD7y
قناة الصوتيات للشيخ:
https://t.me/jumaanlahmarofficial
قناة الفتاوى للشيخ:
https://t.me/jumaanlahmar
قناة التليقرام باللغة الإنجليزية للشيخ: https://t.me/jumaanlahmarENG
قناة تسجيلات دار الحديث السلفية بالقرن:
http://t.me/Mosque1438
------------------------------------------
📁 قناة الردود العلمية على الفتنة الحزامية على التليجرام/
https://t.me/alhizamih
💫*لا تفوتك*💫.
👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇
هل محمد بن حزام حزبي؟
الجواب: نعم
الشيخ أبي عبدالرحمن جمعان لحمر حفظه الله تعالى
دار الحديث السلفية بالقرن مسجد السنة
🕒 ٦ : ٠٢
٢٧ ذوالحجة 1442 هـ
〰〰〰〰〰〰〰
مجموعة الواتساب للشيخ:٢
https://chat.whatsapp.com/GB1TSlv4NdBBU7rE13aD7y
قناة الصوتيات للشيخ:
https://t.me/jumaanlahmarofficial
قناة الفتاوى للشيخ:
https://t.me/jumaanlahmar
قناة التليقرام باللغة الإنجليزية للشيخ: https://t.me/jumaanlahmarENG
قناة تسجيلات دار الحديث السلفية بالقرن:
http://t.me/Mosque1438
------------------------------------------
📁 قناة الردود العلمية على الفتنة الحزامية على التليجرام/
https://t.me/alhizamih
Forwarded from Fawaaid_Sulteng
MAUQIF ASAATIDZ ttg TN ABU HAZIM.pdf
274.6 KB
بسم الله الرحمن الرحيم
Telah terbit :
MAUQIF ASAATIDZAH INDONESIA
TERHADAP FITNAH
“ TN ALA ABI HAZIM MAGETAN “
MARKIZ MUHDATS TARBIYATUN NISA TANPA MAHROM
DI SUSUN BERSAMA AL-USTADZ
SIDDIQ ABU ABDIRROHMAN BIN MUHAMMAD AL BUGISY حفظه الله
Fawaaid Toraut
Di Izinkan Penyebarannya oleh Beliau :
Al Ustadz Abu Abdirrahman Siddiq Bin Muhammad Al Bugisy
حفظه الله
Telah terbit :
MAUQIF ASAATIDZAH INDONESIA
TERHADAP FITNAH
“ TN ALA ABI HAZIM MAGETAN “
MARKIZ MUHDATS TARBIYATUN NISA TANPA MAHROM
DI SUSUN BERSAMA AL-USTADZ
SIDDIQ ABU ABDIRROHMAN BIN MUHAMMAD AL BUGISY حفظه الله
Fawaaid Toraut
Di Izinkan Penyebarannya oleh Beliau :
Al Ustadz Abu Abdirrahman Siddiq Bin Muhammad Al Bugisy
حفظه الله
Forwarded from Sunniyyah_salafiyyah
Media is too big
VIEW IN TELEGRAM
🍃Termasuk sebab-sebab hidayah Adalah bertanya kepada orang yang berilmu📚 dengan Adab🍃
Dan bukanlah maksud dari ucapan syaikhul islam bagi siapa yang bertanya tentang hidayah apabila pertanyaan dalam bentuk keras kepala❌,pembangkangan❌,penolakan❌ atau dengan tujuan untuk berbangga-bangga❌.
Akan tetapi pertanyaan dengan maksud tujuan mencari kebenaran☑️ pada perkara yang rancu,tidak jelas atasnya.
Bagian dari Faedah : Laamiyyah Syaikhul Islam ibnu Taimiyyah
Syarah Syaikhuna Yahya bin Ali Al Hajuriy hafidzahullah
Dars 5.
🎙️Al-Ustadz Abu Abdirrohman shiddiq Al-bughisy حفظه الله تعالى
Sumber : @MARKIZTORAUT
Telegram Channel : https://t.me/SunniyyahSalafiyyah
Dan bukanlah maksud dari ucapan syaikhul islam bagi siapa yang bertanya tentang hidayah apabila pertanyaan dalam bentuk keras kepala❌,pembangkangan❌,penolakan❌ atau dengan tujuan untuk berbangga-bangga❌.
Akan tetapi pertanyaan dengan maksud tujuan mencari kebenaran☑️ pada perkara yang rancu,tidak jelas atasnya.
Bagian dari Faedah : Laamiyyah Syaikhul Islam ibnu Taimiyyah
Syarah Syaikhuna Yahya bin Ali Al Hajuriy hafidzahullah
Dars 5.
🎙️Al-Ustadz Abu Abdirrohman shiddiq Al-bughisy حفظه الله تعالى
Sumber : @MARKIZTORAUT
Telegram Channel : https://t.me/SunniyyahSalafiyyah
Forwarded from MARKIZ TORAUT
MENYINGKAP KEBATILAN DAN AJAKAN TAQLID ABU JA’FAR AL MINANGKABAWI DAN SIAPA YANG BERSAMANYA PADA “PENJELASANNYA TERHADAP CHANEL FATWA BIN HIZAM AL HIZBIY HADAHULLAH”
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله وكفى والصلاة والسلام على نبي الهدى صلى الله عليه وسلم، أما بعد:
Merupakan kebiasaan ahlul bathil dan pembelanya adalah menggunakan ucapan global yang samar dan tidak rinci:
Imam ibnul Qoyyim –rahimahullahu ta'ala- berkata:
فعليك بالتفصيل والتبيين ... فالإطلاق والإجمال دون بيان
قد أفسدا هذا الوجود وخبطا ... الأذهان والآراء كل زمان
Berkatalah dengan rinci dan jelas karena pengithlakan dan global tanpa penjelasan
Sungguh telah merusak yang ada ini dan mengendurkan kecerdasan dan akal sehat setiap zaman. [Al Kafiyah Asy Syafiyah hal 82].
Dan beliau berkata:
فأصل ضلال بني آدم من الألفاظ المجملة والمعاني المشتبهة ، ولا سيما إذا صادفت أذهانًا مخبطة ، فكيف إذا انضاف إلى ذلك هوى وتعصب ؟
"Asal kesesatan bani adam (manusia) itu disebabkan lafadz-lafadz yang global dan makna-makna yang mutasyabih terutama kalau didengar oleh orang-orang yang berakal lemah, bagaimana kalau ditambah dengannya hawa nafsu dan ta'ashshub (fanatik)?." [“Ash-Showa'iq” 3/928]
Metode ini biasanya dilakukan oleh seluruh penolong kebatilan dan pembelanya, tak punya dalil dan tak mampu menegakkan kritikan ilmiyyah yang benar serta menghantam hujjah dengan hujjah (adu hujjah) akhirnya dia berlindung dengan kata-kata yang samar, global, dan kabur, wallahul musta'an.
Maka telah sampai kepada kami tanggapan dari para penterjemah chanel Fatwa-fatwa Muhammad bin Hizam hadahullah, maka kami dapati ada beberapa point yang di sampaikan bersifat global dan butuh kritikan, di antaranya adalah sebagai berikut:
[7. Bersamaan dengan itu dari hasil tabashshur yang terbatas sejauh ini, dapat disimpulkan yang ringkasnya mencocoki apa yang diutarakan Syaikhuna Abu Bilal Hafizhahullah (dalam rekaman di bawah) yang Ibnu Hizam -Waffaqohullah- mesti rujuk darinya. Wallahu a'lam
Untuk kasus ini secara khusus ana di belakang Syaikhuna Yahya dan Abu Bilal Al Hadhromy berdasarkan alasan yang telah singgung di point ke 5.]
KAMI KATAKAN dengan hanya memohon taufiq dari Allah ta’ala:
Diketahui bersama bahwa tulisan ini muncul disebabkan saran kami kepada mereka untuk berlepas diri dari fitnah Muhammad bin Hizam, yang disebar dalam bentuk audio dengan tema “Apakah Muhammad bin Hizam Hizbiy” dengan menyebutkan fatwa dari salah satu dari masyaikh sunnah yaitu Syaikh Abu ‘Abdirrahman Jum’an hafidzahullah yang beliau memvonis bin Hizam di situ sebagai Hizbiy disertai dengan perincian sebab-sebabnya,
Namun disayangkan ternyata si penulis seakan tidak menerima jarh tersebut dan mengatakan dia di belakang Syaikh Yahya dan Syaikh Abu Bilal hafidzahumallah yang (dalam rekaman di bawah) yang Ibnu Hizam -Waffaqohullah- mesti rujuk darinya.
Sementara termasuk dari perkara yang ma’lum di sisi Ahlis sunnah adalah “MENGEDEPANKAN JARH (celaan yang) TERPERINCI ATAS TA’DIL (pujian) YANG MUBHAM” sekalipun yang menjarh itu satu dan yang memuji jama’ah, BAGAIMANA KALAU YANG MEREKA SEBUTKAN TIDAK PULA MEMUJINYA BAHKAN MENGINGKARI FITNAHNYA
Dan termasuk kebid’ahan adalah tawaqquf menerima kalam Alim yang dikuatkan dengan hujjah dan bukti dalam vonis hingga berbicara ulama tertentu,
SYAIKH KAMI YAHYA BIN 'ALI AL HAJURIY HAFIDZAHULLAH BERKATA:
من البدعة أن يتوقف من کلام عالم مؤيد بالأدلة والبراهين في رجل حتى يتكلم بقية العلماء.
Termasuk dari kebid'ahan tawaqquf (berhenti/belum mau menerima) ucapan seorang Alim yang di kuatkan dengan dalil-dalil dan burhan tentang seorang pria hingga berbicara para ulama yang lain.
📝 Di catat 19 jumadits tsaniyyah 1430, Lihat At Tajliyah li Amaraat Al Hizbiyyah,
• Maka apakah maksudmu bahwa Syaikh Jum’an tidak teranggap vonisnya dan tidak layak memvonis?
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله وكفى والصلاة والسلام على نبي الهدى صلى الله عليه وسلم، أما بعد:
Merupakan kebiasaan ahlul bathil dan pembelanya adalah menggunakan ucapan global yang samar dan tidak rinci:
Imam ibnul Qoyyim –rahimahullahu ta'ala- berkata:
فعليك بالتفصيل والتبيين ... فالإطلاق والإجمال دون بيان
قد أفسدا هذا الوجود وخبطا ... الأذهان والآراء كل زمان
Berkatalah dengan rinci dan jelas karena pengithlakan dan global tanpa penjelasan
Sungguh telah merusak yang ada ini dan mengendurkan kecerdasan dan akal sehat setiap zaman. [Al Kafiyah Asy Syafiyah hal 82].
Dan beliau berkata:
فأصل ضلال بني آدم من الألفاظ المجملة والمعاني المشتبهة ، ولا سيما إذا صادفت أذهانًا مخبطة ، فكيف إذا انضاف إلى ذلك هوى وتعصب ؟
"Asal kesesatan bani adam (manusia) itu disebabkan lafadz-lafadz yang global dan makna-makna yang mutasyabih terutama kalau didengar oleh orang-orang yang berakal lemah, bagaimana kalau ditambah dengannya hawa nafsu dan ta'ashshub (fanatik)?." [“Ash-Showa'iq” 3/928]
Metode ini biasanya dilakukan oleh seluruh penolong kebatilan dan pembelanya, tak punya dalil dan tak mampu menegakkan kritikan ilmiyyah yang benar serta menghantam hujjah dengan hujjah (adu hujjah) akhirnya dia berlindung dengan kata-kata yang samar, global, dan kabur, wallahul musta'an.
Maka telah sampai kepada kami tanggapan dari para penterjemah chanel Fatwa-fatwa Muhammad bin Hizam hadahullah, maka kami dapati ada beberapa point yang di sampaikan bersifat global dan butuh kritikan, di antaranya adalah sebagai berikut:
[7. Bersamaan dengan itu dari hasil tabashshur yang terbatas sejauh ini, dapat disimpulkan yang ringkasnya mencocoki apa yang diutarakan Syaikhuna Abu Bilal Hafizhahullah (dalam rekaman di bawah) yang Ibnu Hizam -Waffaqohullah- mesti rujuk darinya. Wallahu a'lam
Untuk kasus ini secara khusus ana di belakang Syaikhuna Yahya dan Abu Bilal Al Hadhromy berdasarkan alasan yang telah singgung di point ke 5.]
KAMI KATAKAN dengan hanya memohon taufiq dari Allah ta’ala:
Diketahui bersama bahwa tulisan ini muncul disebabkan saran kami kepada mereka untuk berlepas diri dari fitnah Muhammad bin Hizam, yang disebar dalam bentuk audio dengan tema “Apakah Muhammad bin Hizam Hizbiy” dengan menyebutkan fatwa dari salah satu dari masyaikh sunnah yaitu Syaikh Abu ‘Abdirrahman Jum’an hafidzahullah yang beliau memvonis bin Hizam di situ sebagai Hizbiy disertai dengan perincian sebab-sebabnya,
Namun disayangkan ternyata si penulis seakan tidak menerima jarh tersebut dan mengatakan dia di belakang Syaikh Yahya dan Syaikh Abu Bilal hafidzahumallah yang (dalam rekaman di bawah) yang Ibnu Hizam -Waffaqohullah- mesti rujuk darinya.
Sementara termasuk dari perkara yang ma’lum di sisi Ahlis sunnah adalah “MENGEDEPANKAN JARH (celaan yang) TERPERINCI ATAS TA’DIL (pujian) YANG MUBHAM” sekalipun yang menjarh itu satu dan yang memuji jama’ah, BAGAIMANA KALAU YANG MEREKA SEBUTKAN TIDAK PULA MEMUJINYA BAHKAN MENGINGKARI FITNAHNYA
Dan termasuk kebid’ahan adalah tawaqquf menerima kalam Alim yang dikuatkan dengan hujjah dan bukti dalam vonis hingga berbicara ulama tertentu,
SYAIKH KAMI YAHYA BIN 'ALI AL HAJURIY HAFIDZAHULLAH BERKATA:
من البدعة أن يتوقف من کلام عالم مؤيد بالأدلة والبراهين في رجل حتى يتكلم بقية العلماء.
Termasuk dari kebid'ahan tawaqquf (berhenti/belum mau menerima) ucapan seorang Alim yang di kuatkan dengan dalil-dalil dan burhan tentang seorang pria hingga berbicara para ulama yang lain.
📝 Di catat 19 jumadits tsaniyyah 1430, Lihat At Tajliyah li Amaraat Al Hizbiyyah,
• Maka apakah maksudmu bahwa Syaikh Jum’an tidak teranggap vonisnya dan tidak layak memvonis?
Forwarded from MARKIZ TORAUT
• Terlebih lagi Syaikhuna Abu ‘Abdillah Thoriq Al Ba’daniy hafidzahullah juga telah menvonis ibnu Hizam sebagai mubtadi’ dan beliau adalah baladiyyah (satu negri dengan) bin Hizam.
Kemudian penulis mengutarakan alasannya dengan ucapannya pada poin yang ke 5:
[5. Sehingga wajar saja, para masyayikh yang turun secara langsung dari awal mengurusi masalah ini -termasuk di dalamnya Syaikhuna Yahya Hafizhahullah- merupakan nara sumber yang mu'tabar untuk menjelaskan masalah ini, karena:
🍃 Perkataan Allah Ta'ala:
(وَإِذَا جَاۤءَهُمۡ أَمۡرࣱ مِّنَ ٱلۡأَمۡنِ أَوِ ٱلۡخَوۡفِ أَذَاعُوا۟ بِهِۦۖ وَلَوۡ رَدُّوهُ إِلَى ٱلرَّسُولِ وَإِلَىٰۤ أُو۟لِی ٱلۡأَمۡرِ مِنۡهُمۡ لَعَلِمَهُ ٱلَّذِینَ یَسۡتَنۢبِطُونَهُۥ مِنۡهُمۡۗ وَلَوۡلَا فَضۡلُ ٱللَّهِ عَلَیۡكُمۡ وَرَحۡمَتُهُۥ لَٱتَّبَعۡتُمُ ٱلشَّیۡطَـٰنَ إِلَّا قَلِیلࣰا)
[Surat An-Nisa' 83]
🍃 Tidaklah orang yang melihat sama dengan orang yang mendengar.
🍃 Mereka yang mengurusi adalah orang-orang ma'ruf di kalangan salafiyyin termasuk orang-orang yang Allah berikan ilmu, kebijaksanaan dan ketenangan.
Karena itu ana sarankan bagi yang betul² ingin tabashshur dalam masalah ini untuk mengikuti saran dan nasehat mereka yang bersinggungan langsung sejak awal masalah dengan seluruh pihak yang berkait.]
KAMI KATAKAN:
ucapan anda: “para masyayikh yang turun secara langsung dari awal mengurusi masalah ini -termasuk di dalamnya Syaikhuna Yahya Hafizhahullah- merupakan nara sumber yang mu'tabar untuk menjelaskan masalah ini”
Apabila maksud anda bahwa selain mereka bukanlah nara sumber yang mu’tabar maka kami katakan لقد حجرت واسعا “sungguh kamu telah mempersempit sesuatu yang luas”
na’am mereka termasuk tsiqoot yang teranggap khabarnya namun bukan berarti selainnya yang bukan dari penengah atau di utus oleh Syaikhuna Yahya yang juga mengetahui apa yang berlangsung tidak teranggap berita dan ucapannya selama dibangun diatas hujjah dan bukti,
Demikian dari ucapanmu ini dipahami bahwa hukum atau vonis yang teranggap adalah dari pihak penengah utusan Syaikh Yahya hafidzahullah dan vonis selain mereka tidak teranggap meskipun dia mendatangkan bukti yang akurat dan fakta yang nyata?? Mana dalil anda pada perkara ini?
Bahkan yang benar adalah siapa dari orang yang berilmu yang mengetahui sebab-sebab jarh yang mendatangkan hujjah dan bukti serta argumen akan penyimpangan seseorang dan vonis seseorang dengan bid’ah atau hizbiyyah itu diterima, dan yang menolaknya dituntut mendatangkan argumen yang lebih kuat mematahkan hujjah yang menjarh. Adapun apa yang anda datangkan ini adalah ajakan taqlid pada Ulama tertentu, hadakumullah
Kalau tidak, apakah ketika Syaikhuna Yahya hafidzahullah menjarh Abdurrahman mar’i lalu datang masyaikh selainnya sebagai penengah ketika itu, sementara dahulu mereka teranggap “orang-orang ma'ruf di kalangan salafiyyin termasuk orang-orang yang Allah berikan ilmu, kebijaksanaan dan ketenangan.” di masa tersebut, maka apakah yang mu’tabar adalah ucapan mereka ketika itu dalam fitnah tersebut yang tidak menghizbikan Abdurrahman mar’i dan hanya menyalahkan??
Ataukah para salafiyyin pencari kebenaran mengambil jarh terperinci Syaikhuna Yahya yang di bangun diatas hujjah??
Maka jelaslah bagi pencari kebenaran bahwa ucapan kalian:
“Karena itu ana sarankan bagi yang betul² ingin tabashshur dalam masalah ini untuk mengikuti saran dan nasehat mereka yang bersinggungan langsung sejak awal masalah dengan seluruh pihak yang berkait.”
ADALAH AJAKAN TAQLID SECARA TERSELUBUNG, akan tetapi semestinya kalian menyarankan untuk mengambil kebenaran yang dikuatkan dengan dalil dan hujjah dari siapa saja yang membawanya baik itu “yang bersinggungan langsung sejak awal masalah dengan seluruh pihak yang berkait” ataukah selain mereka, hadakumullah!!
Ucapan mereka:
[9. Kejadian ini menjadi pelajaran bagi penuntut ilmu, tidak sepantasnya penuntut ilmu menyepelekan pandangan dan arahan para ulama dalam menyelesaikan permasalahan, menyendiri dengan pandangan dan merasa terdepan dalam pemahaman.
Kemudian penulis mengutarakan alasannya dengan ucapannya pada poin yang ke 5:
[5. Sehingga wajar saja, para masyayikh yang turun secara langsung dari awal mengurusi masalah ini -termasuk di dalamnya Syaikhuna Yahya Hafizhahullah- merupakan nara sumber yang mu'tabar untuk menjelaskan masalah ini, karena:
🍃 Perkataan Allah Ta'ala:
(وَإِذَا جَاۤءَهُمۡ أَمۡرࣱ مِّنَ ٱلۡأَمۡنِ أَوِ ٱلۡخَوۡفِ أَذَاعُوا۟ بِهِۦۖ وَلَوۡ رَدُّوهُ إِلَى ٱلرَّسُولِ وَإِلَىٰۤ أُو۟لِی ٱلۡأَمۡرِ مِنۡهُمۡ لَعَلِمَهُ ٱلَّذِینَ یَسۡتَنۢبِطُونَهُۥ مِنۡهُمۡۗ وَلَوۡلَا فَضۡلُ ٱللَّهِ عَلَیۡكُمۡ وَرَحۡمَتُهُۥ لَٱتَّبَعۡتُمُ ٱلشَّیۡطَـٰنَ إِلَّا قَلِیلࣰا)
[Surat An-Nisa' 83]
🍃 Tidaklah orang yang melihat sama dengan orang yang mendengar.
🍃 Mereka yang mengurusi adalah orang-orang ma'ruf di kalangan salafiyyin termasuk orang-orang yang Allah berikan ilmu, kebijaksanaan dan ketenangan.
Karena itu ana sarankan bagi yang betul² ingin tabashshur dalam masalah ini untuk mengikuti saran dan nasehat mereka yang bersinggungan langsung sejak awal masalah dengan seluruh pihak yang berkait.]
KAMI KATAKAN:
ucapan anda: “para masyayikh yang turun secara langsung dari awal mengurusi masalah ini -termasuk di dalamnya Syaikhuna Yahya Hafizhahullah- merupakan nara sumber yang mu'tabar untuk menjelaskan masalah ini”
Apabila maksud anda bahwa selain mereka bukanlah nara sumber yang mu’tabar maka kami katakan لقد حجرت واسعا “sungguh kamu telah mempersempit sesuatu yang luas”
na’am mereka termasuk tsiqoot yang teranggap khabarnya namun bukan berarti selainnya yang bukan dari penengah atau di utus oleh Syaikhuna Yahya yang juga mengetahui apa yang berlangsung tidak teranggap berita dan ucapannya selama dibangun diatas hujjah dan bukti,
Demikian dari ucapanmu ini dipahami bahwa hukum atau vonis yang teranggap adalah dari pihak penengah utusan Syaikh Yahya hafidzahullah dan vonis selain mereka tidak teranggap meskipun dia mendatangkan bukti yang akurat dan fakta yang nyata?? Mana dalil anda pada perkara ini?
Bahkan yang benar adalah siapa dari orang yang berilmu yang mengetahui sebab-sebab jarh yang mendatangkan hujjah dan bukti serta argumen akan penyimpangan seseorang dan vonis seseorang dengan bid’ah atau hizbiyyah itu diterima, dan yang menolaknya dituntut mendatangkan argumen yang lebih kuat mematahkan hujjah yang menjarh. Adapun apa yang anda datangkan ini adalah ajakan taqlid pada Ulama tertentu, hadakumullah
Kalau tidak, apakah ketika Syaikhuna Yahya hafidzahullah menjarh Abdurrahman mar’i lalu datang masyaikh selainnya sebagai penengah ketika itu, sementara dahulu mereka teranggap “orang-orang ma'ruf di kalangan salafiyyin termasuk orang-orang yang Allah berikan ilmu, kebijaksanaan dan ketenangan.” di masa tersebut, maka apakah yang mu’tabar adalah ucapan mereka ketika itu dalam fitnah tersebut yang tidak menghizbikan Abdurrahman mar’i dan hanya menyalahkan??
Ataukah para salafiyyin pencari kebenaran mengambil jarh terperinci Syaikhuna Yahya yang di bangun diatas hujjah??
Maka jelaslah bagi pencari kebenaran bahwa ucapan kalian:
“Karena itu ana sarankan bagi yang betul² ingin tabashshur dalam masalah ini untuk mengikuti saran dan nasehat mereka yang bersinggungan langsung sejak awal masalah dengan seluruh pihak yang berkait.”
ADALAH AJAKAN TAQLID SECARA TERSELUBUNG, akan tetapi semestinya kalian menyarankan untuk mengambil kebenaran yang dikuatkan dengan dalil dan hujjah dari siapa saja yang membawanya baik itu “yang bersinggungan langsung sejak awal masalah dengan seluruh pihak yang berkait” ataukah selain mereka, hadakumullah!!
Ucapan mereka:
[9. Kejadian ini menjadi pelajaran bagi penuntut ilmu, tidak sepantasnya penuntut ilmu menyepelekan pandangan dan arahan para ulama dalam menyelesaikan permasalahan, menyendiri dengan pandangan dan merasa terdepan dalam pemahaman.
Forwarded from MARKIZ TORAUT
Terlebih masalah yang para ulama telah mengikutinya, dan turun langsung ke dalam kasus untuk menyelesaikannya dari awalnya. Baik untuk kasus ini ataupun kasus-kasus lainnya.]
KAMI KATAKAN:
Ini juga termasuk ucapan global yang kalian ucapkan yang butuh perincian,
Pertama: kasus ini adalah kasus Muhammad bin Hizam, siapakah penuntut ilmu di situ? Semuanya dari kalangan masyaikh antara Muhammad bin Hizam dan yang menyelisihinya dari kalangan ahlis sunnah baik itu di “Ibb” ataupun selainnya dan siapakah yang kalian maksud dengan ulama yang sepantasnya tidak disepelekan pandangan dan arahannya dalam menyelesaikan permasalahan? Jawab agar tampak pada hakikatnya kalian ini menyeru kepada taqlid!
Dan siapa yang menyendiri dengan pandangan? Apakah kalian maksud kedua syaikh tersebut??
Adapun kami penuntut ilmu menukilkan kepada kalian dari ucapan masyaikh yang menghizbikan dan membid’ahkan dengan argument dan hujjah mereka yang mengharuskan di terima, meskipun mungkin belum semuanya berbicara tapi semuanya sepakat mengingkari apa yang dilakukan Muhammad bin Hizam.
Ataukah kalian menganggap Syaikh Jum’an dan Syaikh Thariq hafidzahumallah bukan dari kalangan ulama?? Dan di sisi kalian keduanya hanyalah penuntu ilmu? Perjelas maksud kalian?!
Syaikh Muqbil rahimahullah ditanya:
السؤال: بعض الناس يرد قول الجارح من علماء السنة في بعض المبتدعة، بحجة أن هذا المجروح لم يتكلم فيه باقي علماء السنة قائلا: أين فلان وفلان لماذا لا يتكلمون؟! لو كان حقا لتابعوه، فهل يشترط في الكلام على الشخص وتجريحه، أن يكون أكثر علماء السنة أو كلهم قد جرحوه؟
PERTANYAAN:
Sebagian orang menolak ucapan penjarh (memvonis dengan kebid’ahan) dari kalangan ulama sunnah terhadap sebagian pelaku bid’ah, dengan alasan bahwa yang dijarh ini belum berbicara tentangnya (dengan keburukan) selainnya dari para ulama Sunnah, seraya mengatakan: “Mana fulan dan fulan mengapa mereka tidak berbicara?” andaikan jarh itu benar tentu mereka akan mengikutinya.
maka apakah disyaratkan dalam membicarakan seseorang dan menjarh-nya, mesti mayoritas ulama atau seluruhnya telah menjarhnya?
فقال رحمه الله: (نعم، نعم، المسألة يا إخوان! ما قرأ القوم المصطلح، أو أنهم قرأوه ويلبسون! نقول لكم بأعظم من هذا: هب أن أحمد بن حنبل قال: ثقة، ويحيى بن معين قال: كذاب، فهل يضره قول يحيى، وقد خالفه أحمد بن حنبل، فماذا؟ دع عنك لوجرحه ابن معين وحده، فعلى هذا: إذا قام عالم من علماء العصر، وأبرز البراهين على ضلال محمد الغزالي، أو يوسف القرضاوي، أو منهج الإخوان المفلسين، نقبل ويجب قبوله ﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ﴾ فالعبرة إذا جاءنا العدل نقبل، كما هو مفهوم الآية، فأين أنتم من هذه الآية؟ فالمهم القوم ملبسون مخالفون لعلمائنا المتقدمين والمتأخرين، والحمد لله الناس لا يثقون بك أيها المهوس، ولا بكلامك. اهـ
JAWABAN:
Na’am, Na’am, pembahasannya yaa ikhwan! Orang-orang tersebut tidak membaca ilmu mustholah, atau mereka membacanya tapi melakukan pengaburan, kami katakan kepada kalian dengan yang lebih besar dari ini,
Anggaplah Ahmad bin Hanbal mengatakan (terhadap seseorang); “Tsiqoh (dapat dipercaya)”, tapi Yahya bin Ma’in mengatakan (tentangnya): “Pendusta”, apakah memudharatkannya ucapan ibnu Ma’in, sementara Ahmad bin Hanbal menyelisihinya, maka apa?
Terlebih lagi apabila Ibnu Ma’in bersendiri menjarhnya,
Maka berdasarkan ini apabila bangkit salah seorang yang berilmu dari ulama kontemporer, dan menampilkan bukti-bukti akan kesesatan Muhammad Al Ghozaliy, atau Yusuf Al Qordhowiy, atau Manhaj Ikhwan Al Muflisin, KITA TERIMA DAN WAJIB MENERIMANYA
“Hai orang-orang yang beriman apabila datang kepada kalian seorang yang fasiq dengan suatu berita, maka tabayyunlah (cari kejelasan akan kebenaran beritanya), agar kalian tidak menimpakan suatu kaum disebabkan ketidak tahuan hingga kalianpun menyesali perbuatan kalian.”
KAMI KATAKAN:
Ini juga termasuk ucapan global yang kalian ucapkan yang butuh perincian,
Pertama: kasus ini adalah kasus Muhammad bin Hizam, siapakah penuntut ilmu di situ? Semuanya dari kalangan masyaikh antara Muhammad bin Hizam dan yang menyelisihinya dari kalangan ahlis sunnah baik itu di “Ibb” ataupun selainnya dan siapakah yang kalian maksud dengan ulama yang sepantasnya tidak disepelekan pandangan dan arahannya dalam menyelesaikan permasalahan? Jawab agar tampak pada hakikatnya kalian ini menyeru kepada taqlid!
Dan siapa yang menyendiri dengan pandangan? Apakah kalian maksud kedua syaikh tersebut??
Adapun kami penuntut ilmu menukilkan kepada kalian dari ucapan masyaikh yang menghizbikan dan membid’ahkan dengan argument dan hujjah mereka yang mengharuskan di terima, meskipun mungkin belum semuanya berbicara tapi semuanya sepakat mengingkari apa yang dilakukan Muhammad bin Hizam.
Ataukah kalian menganggap Syaikh Jum’an dan Syaikh Thariq hafidzahumallah bukan dari kalangan ulama?? Dan di sisi kalian keduanya hanyalah penuntu ilmu? Perjelas maksud kalian?!
Syaikh Muqbil rahimahullah ditanya:
السؤال: بعض الناس يرد قول الجارح من علماء السنة في بعض المبتدعة، بحجة أن هذا المجروح لم يتكلم فيه باقي علماء السنة قائلا: أين فلان وفلان لماذا لا يتكلمون؟! لو كان حقا لتابعوه، فهل يشترط في الكلام على الشخص وتجريحه، أن يكون أكثر علماء السنة أو كلهم قد جرحوه؟
PERTANYAAN:
Sebagian orang menolak ucapan penjarh (memvonis dengan kebid’ahan) dari kalangan ulama sunnah terhadap sebagian pelaku bid’ah, dengan alasan bahwa yang dijarh ini belum berbicara tentangnya (dengan keburukan) selainnya dari para ulama Sunnah, seraya mengatakan: “Mana fulan dan fulan mengapa mereka tidak berbicara?” andaikan jarh itu benar tentu mereka akan mengikutinya.
maka apakah disyaratkan dalam membicarakan seseorang dan menjarh-nya, mesti mayoritas ulama atau seluruhnya telah menjarhnya?
فقال رحمه الله: (نعم، نعم، المسألة يا إخوان! ما قرأ القوم المصطلح، أو أنهم قرأوه ويلبسون! نقول لكم بأعظم من هذا: هب أن أحمد بن حنبل قال: ثقة، ويحيى بن معين قال: كذاب، فهل يضره قول يحيى، وقد خالفه أحمد بن حنبل، فماذا؟ دع عنك لوجرحه ابن معين وحده، فعلى هذا: إذا قام عالم من علماء العصر، وأبرز البراهين على ضلال محمد الغزالي، أو يوسف القرضاوي، أو منهج الإخوان المفلسين، نقبل ويجب قبوله ﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ﴾ فالعبرة إذا جاءنا العدل نقبل، كما هو مفهوم الآية، فأين أنتم من هذه الآية؟ فالمهم القوم ملبسون مخالفون لعلمائنا المتقدمين والمتأخرين، والحمد لله الناس لا يثقون بك أيها المهوس، ولا بكلامك. اهـ
JAWABAN:
Na’am, Na’am, pembahasannya yaa ikhwan! Orang-orang tersebut tidak membaca ilmu mustholah, atau mereka membacanya tapi melakukan pengaburan, kami katakan kepada kalian dengan yang lebih besar dari ini,
Anggaplah Ahmad bin Hanbal mengatakan (terhadap seseorang); “Tsiqoh (dapat dipercaya)”, tapi Yahya bin Ma’in mengatakan (tentangnya): “Pendusta”, apakah memudharatkannya ucapan ibnu Ma’in, sementara Ahmad bin Hanbal menyelisihinya, maka apa?
Terlebih lagi apabila Ibnu Ma’in bersendiri menjarhnya,
Maka berdasarkan ini apabila bangkit salah seorang yang berilmu dari ulama kontemporer, dan menampilkan bukti-bukti akan kesesatan Muhammad Al Ghozaliy, atau Yusuf Al Qordhowiy, atau Manhaj Ikhwan Al Muflisin, KITA TERIMA DAN WAJIB MENERIMANYA
“Hai orang-orang yang beriman apabila datang kepada kalian seorang yang fasiq dengan suatu berita, maka tabayyunlah (cari kejelasan akan kebenaran beritanya), agar kalian tidak menimpakan suatu kaum disebabkan ketidak tahuan hingga kalianpun menyesali perbuatan kalian.”
Forwarded from MARKIZ TORAUT
Jadi yang jadi tolok ukur adalah apabila datang kepada kita seorang yang Adel kita terima, sebagaimana ini yang dipahami dari ayat, mana kalian dari ayat ini,
Yang jelas mereka adalah orang-orang yang membuat pengaburan, yang menyelisihi para ulama kita yang terdahulu dan terakhir, dan Alhamdulillah manusia tidak percaya kepadamu wahai orang yang kurang waras, tidak pula percaya kepada ucapanmu. –selesai-.
Alhamdulillah ahlus sunnah senantiasa memuliakan para ulama as sunnah siapapun mereka tanpa membeda-bedakan, dan tidak menyepelekan pandangan dan arahan mereka selama tidak bertentangan dengan kebenaran dengan Al qur’an dan Sunnah berdasarkan pemahaman salaful Ummah, namun bukan berarti mereka pasti benar dan ma’shum dalam setiap apa yang mereka ucapkan, adapun ucapan kalian ini jelas mengarah kepada taqlid!
Sehingga apabila mereka misalkan tidak memvonis dengan kebid’ahan terhadap seseorang kemudian datang yang berilmu dan mengetahui sebab-sebab jarh memvonis seseorang tersebut dengan kebid’ahan dengan perincian hujjah dan bukti maka diterima jarh tersebut dan tidak dikatakan Syaikh kibar fulan tidak mengatakan seperti yang kamu katakan karena itu adalah kebiasaan hizbiyyin dalam membela pembesarnya.
Lalu siapa yang kalian maksud dengannya, apakah Syaikh Jum’ah hafidzahullah yang mendahului menvonis dengan hizbiyyah dengan bukti-buktinya atau Syaikh Thariq Al Ba’daniy yang memtabdi’ ataukah siapa??
Apabila kalian memaksudkan siapa yang kami sebutkan maka mana hujjah kalian mengharuskan mengikuti orang-orang tertentu dari orang yang berilmu tanpa selainnya? Selama dia punya hujjah? Apabila hujjahnya bathil dan tidak benar silakan bantah hujjahnya!
Bukanlah syarat yang boleh menjarh hanyalah siapa dari ulama yang telah mengikutinya, dan turun langsung ke dalam kasus untuk menyelesaikannya dari awalnya, sebagaimana yang telah lalu apalagi kedua Syaikh tersebut juga termasuk dari jajaran orang yang berilmu dan mengemukakan hujjahnya
Dengan ini bihamdillah tampaklah bahwa kalian pada hakikatnya menyeru kepada taqlid ulama tertentu tanpa memperhatikan hujjah dan argumen pengucapnya wallahul musta’an.
Ucapan kalian:
10. Serta berhati-hati dari orang-orang yang menggiring manusia untuk meninggalkan i'tibar dengan ijtihad ataupun taujih para ulama yang berseberangan pendapat dengannya dengan alasan menolak taqlid. Karena pada hakekatnya orang-orang ini sedang mengajak manusia untuk taqlid kepada diri-diri mereka.
KAMI KATAKAN:
Justru pada ucapan mereka inilah pada hakikatnya ajakan kepada taqlid yang sepatutnya manusia hati-hati darinya, sebab i'tibar dengan ijtihad ataupun taujih para ulama, itu apabila berkecocokan dengan hujjah dan bukti Al qur’an dan sunnah berdasarkan pemahaman salaful ummah dengan tetap menghargai dan menghormati siapa yang keliru dalam ijtihadnya, dan apabila tidak demikian maka tidak diikuti, adapun mengharuskan menelan mentah-mentah meskipun jelas-jelas bertentangan dengan kebenaran maka apalagi kalau bukan taqlid?? Wallahul musta’an.
Kami memohon kepada Allah keikhlasan dan keistiqomahan diatas Islam dan sunnah hingga kematian menjemput, Ya Allah jadikanlah kami termasuk dari yang meminum telaga Nabi-Mu Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam di hari kiamat kelak, ya Allah selamatkan-lah kami dari penyakit Taqlid buta, dan jadikanlah kami termasuk dari para penolong agama-Mu dan penumpas musuh-musuh-Mu, dan tidak takut cercaan para pencela, sesungguhnya hanya Engkau-lah yang mengijabahi doa, walhamdulillah.
سبحانك اللهم وبحمدك أستغفرك وأتوب إليك
Abu Abdirrahman Shiddiq Al Bugisiy saddahullah
Di Markiz Ahlis sunnah Toraut Harasahallah
3 Muharram 1443.
Yang jelas mereka adalah orang-orang yang membuat pengaburan, yang menyelisihi para ulama kita yang terdahulu dan terakhir, dan Alhamdulillah manusia tidak percaya kepadamu wahai orang yang kurang waras, tidak pula percaya kepada ucapanmu. –selesai-.
Alhamdulillah ahlus sunnah senantiasa memuliakan para ulama as sunnah siapapun mereka tanpa membeda-bedakan, dan tidak menyepelekan pandangan dan arahan mereka selama tidak bertentangan dengan kebenaran dengan Al qur’an dan Sunnah berdasarkan pemahaman salaful Ummah, namun bukan berarti mereka pasti benar dan ma’shum dalam setiap apa yang mereka ucapkan, adapun ucapan kalian ini jelas mengarah kepada taqlid!
Sehingga apabila mereka misalkan tidak memvonis dengan kebid’ahan terhadap seseorang kemudian datang yang berilmu dan mengetahui sebab-sebab jarh memvonis seseorang tersebut dengan kebid’ahan dengan perincian hujjah dan bukti maka diterima jarh tersebut dan tidak dikatakan Syaikh kibar fulan tidak mengatakan seperti yang kamu katakan karena itu adalah kebiasaan hizbiyyin dalam membela pembesarnya.
Lalu siapa yang kalian maksud dengannya, apakah Syaikh Jum’ah hafidzahullah yang mendahului menvonis dengan hizbiyyah dengan bukti-buktinya atau Syaikh Thariq Al Ba’daniy yang memtabdi’ ataukah siapa??
Apabila kalian memaksudkan siapa yang kami sebutkan maka mana hujjah kalian mengharuskan mengikuti orang-orang tertentu dari orang yang berilmu tanpa selainnya? Selama dia punya hujjah? Apabila hujjahnya bathil dan tidak benar silakan bantah hujjahnya!
Bukanlah syarat yang boleh menjarh hanyalah siapa dari ulama yang telah mengikutinya, dan turun langsung ke dalam kasus untuk menyelesaikannya dari awalnya, sebagaimana yang telah lalu apalagi kedua Syaikh tersebut juga termasuk dari jajaran orang yang berilmu dan mengemukakan hujjahnya
Dengan ini bihamdillah tampaklah bahwa kalian pada hakikatnya menyeru kepada taqlid ulama tertentu tanpa memperhatikan hujjah dan argumen pengucapnya wallahul musta’an.
Ucapan kalian:
10. Serta berhati-hati dari orang-orang yang menggiring manusia untuk meninggalkan i'tibar dengan ijtihad ataupun taujih para ulama yang berseberangan pendapat dengannya dengan alasan menolak taqlid. Karena pada hakekatnya orang-orang ini sedang mengajak manusia untuk taqlid kepada diri-diri mereka.
KAMI KATAKAN:
Justru pada ucapan mereka inilah pada hakikatnya ajakan kepada taqlid yang sepatutnya manusia hati-hati darinya, sebab i'tibar dengan ijtihad ataupun taujih para ulama, itu apabila berkecocokan dengan hujjah dan bukti Al qur’an dan sunnah berdasarkan pemahaman salaful ummah dengan tetap menghargai dan menghormati siapa yang keliru dalam ijtihadnya, dan apabila tidak demikian maka tidak diikuti, adapun mengharuskan menelan mentah-mentah meskipun jelas-jelas bertentangan dengan kebenaran maka apalagi kalau bukan taqlid?? Wallahul musta’an.
Kami memohon kepada Allah keikhlasan dan keistiqomahan diatas Islam dan sunnah hingga kematian menjemput, Ya Allah jadikanlah kami termasuk dari yang meminum telaga Nabi-Mu Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam di hari kiamat kelak, ya Allah selamatkan-lah kami dari penyakit Taqlid buta, dan jadikanlah kami termasuk dari para penolong agama-Mu dan penumpas musuh-musuh-Mu, dan tidak takut cercaan para pencela, sesungguhnya hanya Engkau-lah yang mengijabahi doa, walhamdulillah.
سبحانك اللهم وبحمدك أستغفرك وأتوب إليك
Abu Abdirrahman Shiddiq Al Bugisiy saddahullah
Di Markiz Ahlis sunnah Toraut Harasahallah
3 Muharram 1443.
Forwarded from MARKIZ TORAUT
Menyingkap_ajakan_Taqlid_dan_kebathilan_Abu_Ja'far_Minangkabawi.pdf
293.9 KB
Saya sedang berbagi 'Menyingkap ajakan Taqlid dan kebathilan Abu Ja'far Minangkabawi' dengan Anda
Forwarded from MARKIZ TORAUT
MUHAMMAD BIN HIZAM=ADIB BA HUMAIQ (SI DUNGU YANG HINA)=ASNUR
PERTANYAAN:
Assalamu alaikum wa rohmatullahi wa barokatuh
Apakah masail fiqhiyyah pada asalnya tidak boleh padanya vonis dengan kefasikan dan tidak pula kebid'ahan?
baarokallahu fiikum
JAWABAN SYAIKH KAMI YUSUF AL JAZAIRIY HAFIDZAHULLAH:
Ini BATHIL, sebab Tabdi' masuk pada perkara ilmiyyah dan amaliyyah.
dan membatasi tabdi' dengan perkara aqidah tanpa fiqhiyyah termasuk dari KEBID'AHAN IBNU HIZAM, DAN PELAKU BID'AH MUWAZANAAT sebelumnya
dan kami telah membantah ini atas ibnu Hizam, demikian saudara kami Asy Syaikh Al Hammadiy punya bantahan atasnya dalam perkara tersebut.
* catatan tambahan: Ketika kami menyamakan, maka maksudnya pada perkara tertentu yang disebutkan, sebagaimana ketika ahlus sunnah mengatakan fulan menyerupai orang kafir ketika melakukan ini dan itu yaitu pada perkara tertentu bukan berarti sama dalam setiap sisi kecuali ada qorinah yang mengarah kesitu
adapun yang disebar oleh sebagian orang dungu tentang perbedaan antara fitnah ibnu Hizam dan Fitnah Abu Hazim
maka yang kami katakan adalah ketika Syaikh Jum'an hafidzahullah mengatakan bahwa "Bid'ah menghinakan pelakunya" maka kami katakan sama dengan Abu Hazim, yaitu sama-sama melakukan bid'ah bukan berarti bid'ahnya sama atau sama dalam segala sisi, wabillahit taufiq
PERTANYAAN:
Assalamu alaikum wa rohmatullahi wa barokatuh
Apakah masail fiqhiyyah pada asalnya tidak boleh padanya vonis dengan kefasikan dan tidak pula kebid'ahan?
baarokallahu fiikum
JAWABAN SYAIKH KAMI YUSUF AL JAZAIRIY HAFIDZAHULLAH:
Ini BATHIL, sebab Tabdi' masuk pada perkara ilmiyyah dan amaliyyah.
dan membatasi tabdi' dengan perkara aqidah tanpa fiqhiyyah termasuk dari KEBID'AHAN IBNU HIZAM, DAN PELAKU BID'AH MUWAZANAAT sebelumnya
dan kami telah membantah ini atas ibnu Hizam, demikian saudara kami Asy Syaikh Al Hammadiy punya bantahan atasnya dalam perkara tersebut.
* catatan tambahan: Ketika kami menyamakan, maka maksudnya pada perkara tertentu yang disebutkan, sebagaimana ketika ahlus sunnah mengatakan fulan menyerupai orang kafir ketika melakukan ini dan itu yaitu pada perkara tertentu bukan berarti sama dalam setiap sisi kecuali ada qorinah yang mengarah kesitu
adapun yang disebar oleh sebagian orang dungu tentang perbedaan antara fitnah ibnu Hizam dan Fitnah Abu Hazim
maka yang kami katakan adalah ketika Syaikh Jum'an hafidzahullah mengatakan bahwa "Bid'ah menghinakan pelakunya" maka kami katakan sama dengan Abu Hazim, yaitu sama-sama melakukan bid'ah bukan berarti bid'ahnya sama atau sama dalam segala sisi, wabillahit taufiq
Forwarded from Fawaaid_Sulteng
Media is too big
VIEW IN TELEGRAM
Bagaimana dengan orang yang tidak mau menghukumi Sampai Sy Yahya…
Super Effect Record
بسم الله الرحمن الرحيم
Pertanyaan :
Bagaimana dengan orang yang mengatakan " saya tidak mau menghukumi kecuali Syaikh YAHYA (حفظه الله تعالى ) yang berbicara " ?
Jawaban (audio) :
Pertanyaan :
Bagaimana dengan orang yang mengatakan " saya tidak mau menghukumi kecuali Syaikh YAHYA (حفظه الله تعالى ) yang berbicara " ?
Jawaban (audio) :
Forwarded from MARKIZ TORAUT
بسم الله الرحمن الرحيم
*Pertanyaan :*
Bagaimana dengan orang yang mengatakan " saya tidak mau menghukumi kecuali Syaikh YAHYA (حفظه الله تعالى ) yang berbicara " ?
*Jawaban :*
*Ini ucapan taqlid, Syaikh Yahya seorang Ulama, Fadhil, yang utama, yang berilmu, bahkan Syaikh Muqbil رحمه الله تعالى mempersaksikan beliau adalah orang yang paling berilmu di Yaman*
*Ketika ada seseorang yang bertanya kepada Syaikh Muqbil menjelang wafat nya siapakah masyayikh yang paling berilmu di Yaman dan siapakah yang menjadi rujukan di Yaman maka Syaikh Muqbil رحمه الله تعالى menjawab : Syaikh Yahya*
*Dan beliau termasuk dari Ulama Ahli sunnah wal Jama'ah yang memiliki sikap waro', zuhud, demikian lantang menyuarakan kebenaran*
*Dan Allah subhanahu wa ta'ala menyingkap fitan yang banyak terutama yang terjadi di Yaman dari fitnah² hizbiyyah, orang-orang yang terfitnah, fitnah Abul Hasan Al Mishriy, fitnah Sholeh Al Bakriy, fitnah Abdurrohman Mar'i dan Fitnah yang terakhir Muhammad bin Hizam termasuk beliau yang tidak setuju dengan perbuatan Muhammad bin Hizam dan mengingkari nya*
*Namun bukan berarti beliau adalah orang yang mengetahui segala sesuatu, yang tidak mungkin beliau terluputkan dari sesuatu, ini tidak di katakan oleh orang yang berakal bahwasanya Syaikh Yahya mengetahui semua dari kancah dakwah salafiyyah dari setiap negara, tidak...!*
*Syaikhuna Yahya mengetahui apa yang beliau tahu yang Allah subhanahu wa ta'ala mudahkan bagi beliau,*
*Ini Aqidah Ahlussunnah wal Jama'ah bahwasanya seluruh Aimmatut Din dan Ulama setinggi apapun keutamaan mereka, mereka ada tahu dan ada juga yang tidak tahu, tidak semua mereka tahu, dan terkadang sering nya mencocoki kebenaran dan terkadang keliru juga, ini ma'ruf dan telah di berikan isyarat oleh Rosulullah ﷺ dalam ucapan beliau :*
*Apabila seorang hakim berijtihad kemudian mencocoki kebenaran maka bagi nya dua pahala dan apabila keliru bagi nya satu pahala*
*Menunjukkan bahwasanya Mujtahid ada kemungkinan juga dia keliru dan kewajiban bagi kita adalah sebagai mana perintah Allah subhanahu wa ta'ala kembali kepada dalil*
*Ikutilah apa yang di turunkan kepada kalian dari Robb kalian dan janganlah kalian mengikuti selain nya dari para tokoh, sedikit dari kalian yang mengambil pelajaran*
*Kata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah رحمه الله تعالى siapa yang menjadikan sosok tertentu, individu tertentu (selain Rasulullah shallallahu Alaihi Wa sallam) yang di ikuti semua perkataan nya dan di tinggalkan semua larangan nya (dan dia menyelisihi ijma' -edit)*
*Tidak ada suatu individu pun yang ucapannya semua harus di terima dan yang dia larang harus di tinggalkan, akan tetapi para ulama mengatakan semua ucapan nya di ambil dan di tolak kecuali Rosulullah ﷺ,*
*Yang mencocoki kebenaran berdasarkan Alquran dan As-sunnah, berdasarkan pemahaman salaful ummah, berdasarkan dengan hujjah wal barohin , al waki' dan kenyataan, di terima!!!*
*Dan yang tidak sesuai dengan hujjah wal barohin, waki' dan kenyataan atau bertentangan dengan Alquran dan As-sunnah berdasarkan pemahaman salaful ummah, di tolak!!! *
*Dengarkan secara lengkap pada Audio di atas, semoga bermanfa'at, baarokAllaahu fiikum*
🎙️ *Di jawab oleh Al Ustadz Abu Abdirrohman Shiddiq Al Bughisi حفظه الله*
*Join Channel TELEGRAM :*
https://t.me/dars_ustadz_siddiq_markiz_toraut
*Download Audio :*
https://t.me/dars_ustadz_siddiq_markiz_toraut/1149
*Sumber :*
https://t.me/MARKIZTORAUT
#tanya #jawab
*Pertanyaan :*
Bagaimana dengan orang yang mengatakan " saya tidak mau menghukumi kecuali Syaikh YAHYA (حفظه الله تعالى ) yang berbicara " ?
*Jawaban :*
*Ini ucapan taqlid, Syaikh Yahya seorang Ulama, Fadhil, yang utama, yang berilmu, bahkan Syaikh Muqbil رحمه الله تعالى mempersaksikan beliau adalah orang yang paling berilmu di Yaman*
*Ketika ada seseorang yang bertanya kepada Syaikh Muqbil menjelang wafat nya siapakah masyayikh yang paling berilmu di Yaman dan siapakah yang menjadi rujukan di Yaman maka Syaikh Muqbil رحمه الله تعالى menjawab : Syaikh Yahya*
*Dan beliau termasuk dari Ulama Ahli sunnah wal Jama'ah yang memiliki sikap waro', zuhud, demikian lantang menyuarakan kebenaran*
*Dan Allah subhanahu wa ta'ala menyingkap fitan yang banyak terutama yang terjadi di Yaman dari fitnah² hizbiyyah, orang-orang yang terfitnah, fitnah Abul Hasan Al Mishriy, fitnah Sholeh Al Bakriy, fitnah Abdurrohman Mar'i dan Fitnah yang terakhir Muhammad bin Hizam termasuk beliau yang tidak setuju dengan perbuatan Muhammad bin Hizam dan mengingkari nya*
*Namun bukan berarti beliau adalah orang yang mengetahui segala sesuatu, yang tidak mungkin beliau terluputkan dari sesuatu, ini tidak di katakan oleh orang yang berakal bahwasanya Syaikh Yahya mengetahui semua dari kancah dakwah salafiyyah dari setiap negara, tidak...!*
*Syaikhuna Yahya mengetahui apa yang beliau tahu yang Allah subhanahu wa ta'ala mudahkan bagi beliau,*
*Ini Aqidah Ahlussunnah wal Jama'ah bahwasanya seluruh Aimmatut Din dan Ulama setinggi apapun keutamaan mereka, mereka ada tahu dan ada juga yang tidak tahu, tidak semua mereka tahu, dan terkadang sering nya mencocoki kebenaran dan terkadang keliru juga, ini ma'ruf dan telah di berikan isyarat oleh Rosulullah ﷺ dalam ucapan beliau :*
*Apabila seorang hakim berijtihad kemudian mencocoki kebenaran maka bagi nya dua pahala dan apabila keliru bagi nya satu pahala*
*Menunjukkan bahwasanya Mujtahid ada kemungkinan juga dia keliru dan kewajiban bagi kita adalah sebagai mana perintah Allah subhanahu wa ta'ala kembali kepada dalil*
*Ikutilah apa yang di turunkan kepada kalian dari Robb kalian dan janganlah kalian mengikuti selain nya dari para tokoh, sedikit dari kalian yang mengambil pelajaran*
*Kata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah رحمه الله تعالى siapa yang menjadikan sosok tertentu, individu tertentu (selain Rasulullah shallallahu Alaihi Wa sallam) yang di ikuti semua perkataan nya dan di tinggalkan semua larangan nya (dan dia menyelisihi ijma' -edit)*
*Tidak ada suatu individu pun yang ucapannya semua harus di terima dan yang dia larang harus di tinggalkan, akan tetapi para ulama mengatakan semua ucapan nya di ambil dan di tolak kecuali Rosulullah ﷺ,*
*Yang mencocoki kebenaran berdasarkan Alquran dan As-sunnah, berdasarkan pemahaman salaful ummah, berdasarkan dengan hujjah wal barohin , al waki' dan kenyataan, di terima!!!*
*Dan yang tidak sesuai dengan hujjah wal barohin, waki' dan kenyataan atau bertentangan dengan Alquran dan As-sunnah berdasarkan pemahaman salaful ummah, di tolak!!! *
*Dengarkan secara lengkap pada Audio di atas, semoga bermanfa'at, baarokAllaahu fiikum*
🎙️ *Di jawab oleh Al Ustadz Abu Abdirrohman Shiddiq Al Bughisi حفظه الله*
*Join Channel TELEGRAM :*
https://t.me/dars_ustadz_siddiq_markiz_toraut
*Download Audio :*
https://t.me/dars_ustadz_siddiq_markiz_toraut/1149
*Sumber :*
https://t.me/MARKIZTORAUT
#tanya #jawab
Telegram
Dars Ustadz Abu Abdirrahman Shiddiq Al-Bughisiy
Kumpulan Audio dan Faedah ilmiyyah dari Al Ustadz Abu Abdirrahman Shiddiq Al-Bughisiy حفظه الله تعالى
Forwarded from Sunniyyah_salafiyyah
*باسم الله،*
*hizbiy Ahmaq ba najah turun beri muhadharah di masjid hizbiy muhammad bin hizam*
*Kabar dari akhuna Al Ustadz Abu Ayyub Al Jawi hafidzahullah*
*Dari Al Ustadz Abu Abdirrohman Shiddiq Al Bughisi حفظه الله di Majmu'ah Fawaaid Toraut*
*Join Channel TELEGRAM :*
https://t.me/dars_ustadz_siddiq_markiz_toraut/1143
*hizbiy Ahmaq ba najah turun beri muhadharah di masjid hizbiy muhammad bin hizam*
*Kabar dari akhuna Al Ustadz Abu Ayyub Al Jawi hafidzahullah*
*Dari Al Ustadz Abu Abdirrohman Shiddiq Al Bughisi حفظه الله di Majmu'ah Fawaaid Toraut*
*Join Channel TELEGRAM :*
https://t.me/dars_ustadz_siddiq_markiz_toraut/1143
[18/8 16:41] ABU FAUZAN: السلام عليكم ورحمة الله وبركاته..
Ustadz afwan mengganggu waktu antum.. Ustadz ana ada titipan pertanyaan.. Bagaimana hukum kerja sebagai calo yang di mana di sana ada suap menyuap dengan orang dalam agar supaya proses di percepat?
[19/8 07:41] Ustadz Abu Abdirrohman Shiddiq Hafidzahulloh: وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته
Apabila menzalimi yang lain, sehingga dia dikedepankan daripada yang sdh lama antri maka tidak boleh
Adapun hanya membayar lebih agar mendapatkan sim atau ktp atau akte tanpa harus memenuhi syarat2 bathil tanpa menzalimi orang lain maka tidak terlarang
[19/8 07:47] Ustadz Abu Abdirrohman Shiddiq Hafidzahulloh: Jawabannya seperti di atas
Kalau membayar lebih karena dia dipersulit mendapatkannya seperti tes yg sangat susah spy tidak dapat SIM dan memang terkadang mereka yg mempersulit agar yg mau sim bayar
Sementara hak kita mengendarai kendaraan maka diapun membayar lebih agar tidak dipersulit dalam mengambilnya dan juga ketika di jalan tidak kena tilang yg akhirnya juga mempersulit dia maka hal ini tdk mengapa dan bukan termasuk suap/risywah
[19/8 07:48] Ustadz Abu Abdirrohman Shiddiq Hafidzahulloh: Karena definisi risywah adalah memberi pemberian baik itu uang atau semisalnya dalam rangka mengubah kebatilan menjadi kebenaran yang menguntungkan pemberi
Adapun memberi pemberian dalam rangka mengambil hak maka bukan termasuk risywah yang terlarang
[19/8 07:51] Ustadz Abu Abdirrohman Shiddiq Hafidzahulloh: Tapi kalau hanya mengedepankan si pemberi dalam antrian sehingga dia lebih dikedepankan daripada yang sdh lebih dulu darinya maka tidak boleh
[18/8 16:46] ABU FAUZAN: Dan bagaimana hukum kerja di BPJS kesehatan?
[19/8 07:36] Ustadz Abu Abdirrohman Shiddiq Hafidzahulloh: Tidak dinasehatkan karena asuransi adalah muamalah riba
Ustadz afwan mengganggu waktu antum.. Ustadz ana ada titipan pertanyaan.. Bagaimana hukum kerja sebagai calo yang di mana di sana ada suap menyuap dengan orang dalam agar supaya proses di percepat?
[19/8 07:41] Ustadz Abu Abdirrohman Shiddiq Hafidzahulloh: وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته
Apabila menzalimi yang lain, sehingga dia dikedepankan daripada yang sdh lama antri maka tidak boleh
Adapun hanya membayar lebih agar mendapatkan sim atau ktp atau akte tanpa harus memenuhi syarat2 bathil tanpa menzalimi orang lain maka tidak terlarang
[19/8 07:47] Ustadz Abu Abdirrohman Shiddiq Hafidzahulloh: Jawabannya seperti di atas
Kalau membayar lebih karena dia dipersulit mendapatkannya seperti tes yg sangat susah spy tidak dapat SIM dan memang terkadang mereka yg mempersulit agar yg mau sim bayar
Sementara hak kita mengendarai kendaraan maka diapun membayar lebih agar tidak dipersulit dalam mengambilnya dan juga ketika di jalan tidak kena tilang yg akhirnya juga mempersulit dia maka hal ini tdk mengapa dan bukan termasuk suap/risywah
[19/8 07:48] Ustadz Abu Abdirrohman Shiddiq Hafidzahulloh: Karena definisi risywah adalah memberi pemberian baik itu uang atau semisalnya dalam rangka mengubah kebatilan menjadi kebenaran yang menguntungkan pemberi
Adapun memberi pemberian dalam rangka mengambil hak maka bukan termasuk risywah yang terlarang
[19/8 07:51] Ustadz Abu Abdirrohman Shiddiq Hafidzahulloh: Tapi kalau hanya mengedepankan si pemberi dalam antrian sehingga dia lebih dikedepankan daripada yang sdh lebih dulu darinya maka tidak boleh
[18/8 16:46] ABU FAUZAN: Dan bagaimana hukum kerja di BPJS kesehatan?
[19/8 07:36] Ustadz Abu Abdirrohman Shiddiq Hafidzahulloh: Tidak dinasehatkan karena asuransi adalah muamalah riba