Online Tajwid
15.8K subscribers
895 photos
288 videos
282 files
945 links
Informasi Online Tajwid dan Materi

Pertanyaan seputar tajwid silakan untuk langsung menghubungi pembina Online Tajwid @lailialfadhli

Profil pembina Online Tajwid:
https://alfadhli.wordpress.com/kajian-tajwid-bersanad/
Download Telegram
Akun lama tidak bisa dibuka, entah dihack atau dilaporkan atau memang ditutup secara paksa oleh FB.

Yang pasti bila ada hal-hal negatif dari akun lama, kami informasikan bahwa kami sudah tidak bertanggungjawab atasnya.

Akun baru kami adalah:

https://www.facebook.com/kang.deden.3745

Laili Al-Fadhli
⭕️ SANAD KAMI KE AL-IMAM IBNUL JAZARY MELALUI IJAZAH 'AAMMAH DARI JALUR AHLI RIWAYAH ⭕️

Kami, Laili Al-Fadhli meriwayatkan dari:

1. الأستاذ ريكريك أولياء الرحمـٰن السورينجي
2. عن عبدالرحمن بن شيخ الحبشي
3. عن محمد أبي النصر الخطيب
4. عن عبد الرحمن بن محمد الكزبري
5. عن مصطفى الرحمتي
6. عن ابراهيم الكوراني
7. عن النجم محمد بن البدر محمد بن رضي الدين الغزي
8. عن والده البدر
9. عن قريش البصير
10. عن شمس الدين أبو الخير محمد بن الجزري

Sanad ini merupakan sanad yang cukup tinggi untuk zaman sekarang, namun bukan yang tertinggi. Karena guru kami dan yang setingkat dengannya merupakan pemegang sanad tertinggi.

Sejauh yang kami ketahui, para Masyayikh yang satu tingkat dengan guru kami mengambil ijazah dari Syaikh Abdurrahman Al-Habsyi, belum dapat kami ketahui adakah jalur lain selain dari jalur beliau.

Kami belum mendapatkan kabar apakah masih ada Ulama yang setingkat dengan Syaikh Abdurrahman Al-Habsyi yang masih hidup. Bila masih ada, maka orang tersebut menempati kedudukan sanad yang paling tinggi di atas guru kami.



Ada sebagian ikhwah yang bertanya-tanya tentang sanad sebagian Asatidzah ke Ibnul Jazariy, yang katanya sangat pendek sekali jalurnya, sekitar 8 orang. Maka, kami katakan, bila beliau mengambil jalur Ahli Riwayah dari Syaikh Abdurrahman Al-Habsyi, maka sangat mungkin. Artinya, beliau berada satu tingkay dengan guru kami. Namun, bila beliau tidak mengambil darinya, maka kami tidak mengetahui ada jalur lain. Kami sudah beberapa kali mencari informasi kepada beberapa orang yang kami harapkan bisa memberikan informasi mengenai hal ini, namun kami belum bisa mendapatkannya.

Bila orang tersebut hanya mengambil sanad dari jalur Ahli Qiraat, maka tidak mungkin jaraknya kepada Al-Imam Ibnul Jazariy hanya 8 orang saja. Guru-guru kami yang sudah sepuh saja, jarak terdekat mereka dengan Al-Imam Ibnul Jazariy 11 atau 12 orang. Dan itu merupakan sanad tertinggi di zaman ini. Wallaahu a'lam.



UPDATE:
Ada informasi bahwa masih ada satu atau dua orang murid dari Syaikh Abun Nashr Al-Khathib.



Wal-akhir, ingin kami sampaikan bahwa bagi siapa saja yang telah menerima ijazah Matn Manzhumah Jazariyyah atau kitab lain milik Al-Imam Ibnul Jazariy, maka berhak meriwayatkannya kepada orang lain dari jalur ini. Kami juga berharap agar tidak berhenti pada kami, namun mengambil sanad yang lebih tinggi, yakni langsung kepada guru kami, Al-Ustadz Rikrik Aulia Rahman As-Surianji hafizhahullaahu ta'aala. Beliau masih sangat muda dan masih hadir di tengah-tengah kita. Kurang beradab bila seseorang meriwayatkan ijazah, padahal di sana ada guru atau kakek gurunya yang masih mudah ditemui, kecuali "lil-barakah" saja dengan memberikan semangat agar penerima ijazah juga mengambil sanad yang lebih tinggi.

Laili Al-Fadhli
Syaikhul Islam Ibnu Qayyim Al-Jawziyyah berkata:

Oleh karena itu, Ahlul Quran adalah orang yang memahami Al-Quran dan mengamalkan apa-apa yang terkandung di dalamnya, walaupun ia tidak menghafalkannya.

Sedangkan orang yang menghafalnya namun tidak memahaminya, serta tidak mengamalkan kandungannya, maka ia bukanlah Ahlul Qur`an, meskipun ia menegakkan huruf-hurufnya sebagaimana menegakkan busur panahnya (maksudnya adalah sangat perhatian dan mahir dalam membaca terhadap huruf-hurufnya, pen.).”

[Zaadul Ma'ad, I/338]  
MENGABARKAN RIWAYAH

Hampir di setiap forum Riwayah, ada perjanjian bahwa anggota grup harus saling memberikan informasi tentang jalur-jalur periwayatan dan sanad yang 'aliyy (tinggi). Apa tujuannya?

Salah satunya adalah agar seluruh anggota grup bisa mendapatkan jalur tersebut, minimal melalui istid'a. Harapannya bisa melangkah lebih jauh dari itu: qiraah dan sama'. Sehingga saling mengabarkan jalur periwayatan atau sanad yang dimiliki bukanlah sesuatu yang asing bagi mereka yang menekuni Riwayah. Selain itu, mengabarkan jalur-jalur periwayatan merupakan bagian dari amanah ilmiah yang diemban para Ahli Riwayah.

Maka dari itu, kita bisa melihat para Ulama dan Asaatidz yang menekuni bidang riwayah, biasanya memiliki catatan pribadi mengenai jalur-jalur periwayatan yang dimilikinya. Sebagian di antara mereka bahkan mengumpulkan catatan-catatan tersebut untuk disusun menjadi sebuah kitab, yang dikenal dengan istilah tsabat.

Tsabat berisi jalur-jalur periwayatan yang dimiliki sang empunya riwayah, sanad-sanadnya, dan sebagiannya berisi biografi singkat dari para Ulama yang ada dalam jalur tersebut. Hal ini juga dilakukan agar generasi setelahnya lebih mudah dalam menelusuri jalur-jalur tersebut dan menghindarkan dari tadlis.

Mengabarkan jalur-jalur periwayatan atau sanad kepada orang lain, sama sekali tidak menunjukkan sikap ujub atau sombong. Karena hal tersebut justru mempermudah orang lain bila ingin mengambil riwayat dari guru-gurunya yang masih hidup.

Menyembunyikan periwayatan justru tidak disukai oleh sebagian besar Ahli Riwayah, karena hal tersebut akan menutup pintu-pintu riwayah dan mengakibatkan terhentinya sanad dan jalur periwayatan. Walaupun memang ada sebagian orang yang memilki cara pandang berbeda, bahwa ia menyembunyikan semua itu karena malu atau sifat tawadhu-nya yang tinggi.

Sering kami mendapat cerita juga bahwa sebagian sanad 'aliyy tidak diketahui kecuali oleh orang-orang yang mau menelusuri dengan sangat jauh dan detail. Hal ini disebabkan tersembunyinya para musnid. Namun, ini juga merupakan termasuk bagian dari seni ilmu riwayah. Bila kita telah mendapatkannya, maka hal tersebut adalah sebuah anugerah yang besar.

Semoga Allaah memudahkan setiap langkah ini dan senantiasa memberikan keberkahan dalam mencari riwayah dan juga tentu dari sisi dirayah. Aamiin.

- Laili Al-Fadhli -
TAJWID ATAU TAHFIZH DULU

Beberapa kali kami mendapatkan pertanyaan dari para peserta Online Tajwid, baik via Telegram, WA, atau FB.

Pertanyaan yang juga cukup sering ditanyakan oleh peserta Daurah Tajwid, baik di Bandung atau di Depok.

"Manakah yang diutamakan, tajwid dulu atau tahfizh dulu?"

Membaca Al-Quran dengan tajwid hukumnya fardhu 'ain. Sekurang-kurangnya adalah sampai bisa membaca surat Al-Fatihah tanpa kesalahan yang mengubah makna. Karena hal tersebut berkaitan dengan rukun shalat, yang menentukan sah atau tidaknya shalat kita.

Sedangkan kewajiban membaca dengan tajwid pada surat-surat yang lain, selain Al-Fatihah, masih berada di bawahnya, namun seseorang tetap wajib berusaha untuk melatih lisannya sampai tidak ada lagi kesalahan yang mengubah makna. Adapun kesempurnaan sifat-sifat huruf dan hukum-hukum tajwid yang bila ditinggalkan tidak mengubah makna, para Ulama sepakat semua itu bukan fardhu 'ain, kecuali dalam proses periwayatan dan pengambilan sanad. Maka wajib bagi seorang Syaikh memperhatikan bacaan muridnya, mengoreksinya dengan detail, karena ia sedang menyandarkan bacaannya kepada bacaan Rasuulullaahi shallallaahu 'alayhi wa sallam.

Berkaitan dengan menghafal Al-Quran, maka para Ulama berbeda pendapat, apakah hukumnya fardhu kifayah atau sunnah. Mayoritas Ulama mengatakan hukumnya fardhu kifayah.

Dari perbandingan status keduanya, maka sebetulnya kita sudah bisa mengambil kesimpulan, bahwa membaca Al-Quran dengan tajwid lebih utama daripada memperbanyak hafalan Al-Quran tanpa memperhatikan tajwid, apalagi bila hafalannya sampai mengubah makna. Mengutip perkataan sebagian guru-guru kami, siapa saja yang menghafal Al-Quran tanpa memperhatikan tajwid, terutama bila sampai mengubah makna, maka sejatinya ia tidaklah menghafal Al-Quran. Hafalannya bukanlah Al-Quran. Yang ia baca pun bukan Al-Quran. Maka perhatikanlah hal ini. Kalaupun belum bisa menyempurnakan bacaan secara detail, minimal berusaha agar bacaan dan hafalannya tidak sampai mengubah makna Al-Quran itu sendiri.

Namun demikian, memulai menghafal Al-Quran tidak mesti menunggu bacaan kita sempurna. Yang terpenting adalah tidak meninggalkan pembelajaran tajwid. Selama kita menekuni tajwid, mendatangi halaqah tahsin secara rutin, maka tidaklah terlarang untuk menghafal, walaupun masih banyak yang keliru.

Adapun yang keliru, adalah bila seseorang sibuk menghafal, dan bersamaan dengan itu ia tidak menekuni tajwid. Tidak memiliki waktu khusus untuk talaqqi dan musyafahah dalam majlis tahsin secara rutin. Ini sangat membahayakan. Apalagi bila ia tidak memahami bahasa Arab. Potensi rusaknya jauh lebih besar daripada maslahatnya.

Lebih dari itu, ada hal yang juga mesti kita pahami bersama. Bahwa ada kewajiban yang lebih tinggi daripada tajwid. Adalah tafhiimul Quran. Memahami makna Al-Quran.

Memahami makna dan kandungan Al-Quran lebih dituntut bagi seorang muslim mukallaf. Karena Al-Quran diturunkan untuk dibaca, ditadabburi, dan diamalkan.

Bagaimana mungkin seseorang bisa mentadabburi dan mengamalkan Al-Quran bila ia tidak memahami isinya?

Lihatlah generasi Sahabat. Mereka tidaklah menambah hafalan Al-Quran kecuali bila telah memahami isi kandungan Al-Quran yang telah dihafalnya. Mereka bersabar menghafal Al-Quran sepuluh ayat - sepuluh ayat, tidak tergesa untuk menambah hafalannya. Yang terpenting mereka mutqin pada apa yang telah dihafalnya, memahami kandungannya, dan bisa diamalkan.

Maka, bagi muslim mukallaf, orientasi terhadap Al-Quran mesti berubah. Bukan sekadar tajwid dan tahfiznya saja. Ia harus bisa melangkah lebih jauh lagi menuju tafhim.

Sehingga, bila ia memiliki halaqah tahsin dan tahfizh sepekan sekali, maka minimal ia harus memiliki halaqah tafhim sepekan dua kali. Mengapa? Karena kewajiban memiliki pemahaman lebih tinggi daripada kewajiban tajwid dan tahfizh.

Lalu, langkah apa yang mesti diambil untuk mendapatkan pemahaman yang benar terhadap Al-Quran?

Setidaknya ada 4 ilmu yang mesti diperhatikan untuk mendapatkan hasil yang komprehensif:

1. Bahasa Arab,
2. Ulumul Quran,
3. Tafsir, dan
4. Hadits.

Namun, tentu tida
k semua orang dapat meraih semua itu. Karena aktivitas dan kesibukan setiap orang pasti berbeda.

Bila demikian, maka pelajarilah ilmu-ilmu praktis yang merupakan pengejawantahan dari Al-Quran dan As-Sunnah, seperti Dasar-Dasar Aqidah, Fiqih (ibadah dan muamalah) yang bisa langsung diamalkan, dan Tazkiyatun Nafs. Semua ini bisa diikuti, bahkan bila mengandalkan waktu senggang sekalipun. Baik melalui ta'lim-ta'lim, kajian online, membaca buku, atau rekaman audio dan video. Perhatikan, bahwa tujuan semua itu adalah amal. Agar kita bisa beramal shalih.

Prioritas tersebut tentu saja berbeda bagi anak-anak yang belum mukallaf. Maka bagi mereka, tajwid dan tahfizh menjadi prioritas. Bahkan bagi sebagian besar anak-anak memiliki daya hafal luar biasa, tahfizh bisa diprioritaskan, yang penting hafalannya tidak mengubah makna, walaupun tajwidnya belum sempurna. Adapun tajwidnya bisa menyusul saat ia telah memahami sistem koreksi dan pemahaman atas teori dasar tajwid.

Semoga dengan ini kita bisa lebih memperhatikan kembali prioritas dalam aktivitas kita. Karena sesungguhnya yang dituntut dari kita atas interaksi dengan Al-Quran adalah amal. Sedangkan amalan hati lebih penting daripada amalan fisik.

Wallaahu a'lam.

Laili Al-Fadhli
🌸🍃🌸🍃🌸🍃🌸🍃🌸

ALHAMDULILLAH, TELAH DIBUKA KAJIAN TAJWID SYARH MANZHUMAH JAZARIYYAH ANGKATAN KETIGA DI DEPOK
(20 Sesi / 5 Bulan)

🎊 Daurah Tajwid dan Pengambilan Sanad Manzhumah Jazariyyah 🎊

📝 Masa Belajar :
📌 Agustus 2017- Januari 2018
(20 Sesi @180 menit)

📖Pengajar :
📌 Ustadz Abu Ezra Al-Fadhli
👉🏻 Pemegang sanad Manzhumah Jazariyyah & Tuhfatul Athfaal
👉🏻 Pembimbing Online Tajwid di WhatsApp & Telegram

📚Waktu Belajar :
🕗Setiap Selasa pukul 08.00-11.00 WIB

Tempat Belajar:
🏡 Masjid At-Taqwa, Jalan Wijaya Kusuma Raya, Depok Jaya, Kota Depok.

👥 Terbuka untuk ikhwan dan akhawat

Waktu Pendaftaran:
📌 26 Juli - 15 Agustus 2017 (atau jika telah memenuhi kuota).

Terbatas 35 peserta

💰Biaya Pendaftaran:
📌Rp.800.000

Include :
Kitab Terjemah Tafsiriyyah Muqaddimah Jazariyyah (ditambah muatan matan Tuhfatul Athfaal, dll)
Hand out materi untuk 20 sesi
Sertifikat daurah bagi yang berhak
Ijazah matan / syarh Manzhumah Jazariyyah dengan sanad yang bersambung ke Al-Imam Ibnul Jazariy bagi yang berhak
Kesempatan mengikuti talaqqi bersanad jika lulus tes

☝🏻Langkah Pendaftaran:

1⃣ Transfer ke bank Muamalat, nomor rekening: 3070027631. Atas nama Niswatun Chasanah.

2⃣ Setelah transfer, kirimkan bukti transfer beserta keterangan konfirmasi via WhatsApp dengan format :

Daftar Dauroh Tajwid-Nama-Usia-Aktivitas/Pekerjaan-Domisili,

Kirim ke:
📱081314568595 Ibu Niswah

Jangan lupa untuk mengecek ketersediaan kuota peserta sebelum transfer

🌸🍃🌸🍃🌸🍃🌸🍃🌸

📌 CP:
Ibu Niswah +6281314568595

📌 Kerjasama antara:

Kareem Institute
For Qur`anic, Arabic, and Islamic Studies Learning
bit.ly/KareemInstituteFb

⭕️DKM At-Taqwa, Depok Jaya

⭕️Online Tajwid
📱Channel Telegram: t.me/online_tajwid

☝🏼Baarakallaahu fiikum ☝🏼

🌸🍃🌸🍃🌸🍃🌸🍃🌸
🕌 REKAMAN [AUDIO] DAURAH TUHFATUL ATHFAAL DI BEKASI [FULL 10 PERTEMUAN] 🕌

🚀 Penyelenggara: RBQ Al-Kebanteni

🏡 Lokasi: Jl. Wibawamukti 2, Gang Anugerah no 2 atau 25, Jatiasih, Bekasi.

👤 Pemateri: Abu Ezra Laili Al-Fadhli

👉🏻 Link via Telegram
http://t.me/online_tajwid/415

👇🏻👇🏻👇🏻👇🏻👇🏻👇🏻👇🏻